Selasa, 30 Juni 2020

Melawan tentara setan melalui pengendalian sifat ghadab



Persamaan manusia dengan jin dan syetan adalah sama-sama memiliki nafsu. Kecuali, malaikat makhluk Allah yang senantiasa patuh, tunduk dan ta'at yang tidak mempunyai nafsu.

Dalam Al Qur'an surat At Tiin menjelaskan bahwa, Manusia bisa menjadi seburuk-buruk makhluk, dalam hal ini melebihi binatang dan menjadi kawan syetan di neraka kelak apabila dalam hidupnya hanya menuruti nafsunya.

Maka, dari itu manusia harus bisa mengontrol atau memanage nafsunya  sendiri. Nafsu makan, minum, tidur, syahwat,amarah dan nafsu yang lain. Pergunakan  semua nafsu seperlunya tidak berlebihan dan menggunakannya dalam waktu dan takaran yang tepat. Karena, apabila manusia hanya memperturutkan nafsu. Maka setan akan mengendarai nafsu itu untuk menggoda dan menggelincirkan manusia ke jalan kesesatan.

Salah satu nafsu yang harus kita kontrol dan kendalikan dengan benar adalah ghadhab.  Ghadhab artinya sifat alamiah manusia yang cenderung mudah marah atau emosi.

Ghadab atau emosi atau marah adalah salah satu pintu-pintu besar bagi setan untuk masuk ke jiwa manusia. Ghadab bisa menjadi penyebab melemahnya akal. Di mana apabila tentara akal melemah, tentara setan pun akan menyerbu.

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa As. Pernah berjumpa dengan iblis, yang berkata kepadanya, "Hai Musa, engkau adalah orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi utusanNya dan diajak berbincang-bincang denganNya. Sedangkan aku adalah salah satu di antara makhluk Allah juga.

Dan aku telah berdosa dan kini ingin bertaubat. Maka, bersyafaatlah untukku di hadapan Tuhanku, agar Dia menerima taubat ku."
"Baiklah," jawab Musa. Lalu ketika ia naik ke atas gunung dan berbicara kepada Tuhannya., Ia bersiap-siap untuk turun. Namun, Allah SWT. Berkata kepadanya, "Tunaikan amanah ( pesan yang dipercayakan kepadanya)."
Musa lalu berkata "Wahai Tuhanku, hambaMu : Iblis, ingin memperoleh ampunanMu."
Maka, Allah SWT berfirman," wahai Musa, akan KU-penuhi keperluanmu. Perintahkan kepada Iblis agar, bersujud kepada Kuburan Adam As supaya diberikan ampunan kepadanya."

Kemudian Musa menemui Iblis dan berkata kepadanya ,"Telah kulaksanakan keperluanmu, dan engkau diperintah untuk bersujud kepada Kuburan Adam As, supaya diterima taubatmu."
Mendengar hal itu, Iblis marah dan kembali bersikap sombong, lalu berkata ,"Hah, aku tak pernah mau bersujud kepadanya di kala ia masih hidup, betapa mungkin aku kini bersujud kepadanya ketika ia sudah mati?!"

Lalu iblis berkata lagi, "Wahai Musa, engkau memiliki hak atas diriku disebabkan engkau telah bersyafaat untukku terhadap Tuhanmu. Maka ingatlah aku pada tiga keadaan, dan aku berjanji tidak akan pernah mencelakakan mu.
Ingatlah aku! ketika engkau sedang marah, sebab pada saat itu ruhku ada dalam hatimu, mataku dalam matamu, dan aku mengalir dalam dirimu sebagaimana mengalirnya darah dalam tubuhmu. Ingatlah aku! Sebab apabila seorang manusia sedang marah, aku akan menghembus dalam hidungnya, sehingga ia tidak tahu lagi apa yang akan dilakukannya. 

Pada kisah yang lain bahwa seorang waliyullah berkata kepada Iblis, "Tunjukkanlah kepadaku , bagaimana engkau mengalahkan anak cucu Adam!"
Maka Iblis berkata," Aku mendatanginya di saat ia sedang marah atau timbul kecenderungan hawa nafsunya.

Dikisahkan pula bahwa Iblis menemui seorang Rahib, lalu Rahib itu bertanya kepadanya, "watak manusia apakah yang lebih memudahkan kamu?"
"Wataknya yang pemarah, sebab apabila seseorang mempunyai sifat lekas marah, dengan mudah aku mempermainkannya, seperti anak-anak kecil mempermainkan bola," jawab iblis.
Iblis juga berkata ," tapi aku bisa mengalahkan manusia juga bisa dikalahkan manusia, yaitu apabila seseorang dalam keadaan Ridha , aku datang dan berada di hatinya, dan apabila ia marah, aku terbang dan hinggap di atas kepalanya."

Dari penggalan kisah-kisah di atas terdapat isyarat bahwa betapa berbahayanya emosi. Emosi bisa membuat seseorang gelap mata. Banyak terjadi kasus pembunuhan dan kejahatan disebabkan karena emosi. Karena, Emosi yang tidak dikendalikan dan yang diperturutkan akan menimbulkan kebencian dan dendam kesumat.

Maka dari itulah islam mengajarkan untuk bisa mengendalikan sifat marah seperti dalam sebuah hadist di bawah ini;
"Ada seorang lelaki meminta kepada Nabi saw. Katanya, "Wasiatkan kepada saya, ya Rasul Allah!". Baginda Nabi saw. menjawab, "Jangan marah!" Orang itu mengulangi permintaannya, dan Nabi saw. mengulangi pesannya, "Jangan marah!" (H.R. Bukhari).

Lantas bagaimana cara mengendalikan amarah? Berikut caranya ;

1.  Mengetahui akibat buruk dari marah

2. memperbanyak istighfar dan memupuk sifat sabar

3.   perbanyak Mengevaluasi diri

4.   Lapang dada, luas pandangan, gunakan akal dan pikiran 

5.    Membaca ta’awudz (memohon perlindungan Allah dari godaan syaitan yang selalu membangkitkan amarah.

6.    Apabila marah segeralah memberi maaf sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya:.. Dan apabila mereka marah segera memberi maaf"
(Q.S.Asy-Syura: ayat 37)
7.    Hendaklah berpedoman pada wasiat Rasullullah yang diriwayatkan Bukhori di atas.

8    “Tidak ada minuman yang lebih besar pahalanya di sisi Allah daripada seteguk kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba, karena mengharapkan rida-Nya" (HR. Ibnu Majah). Intinya menelan atau menahan amarah.

9.   ingatlah pahala menahan marah  "Siapa yang menolak marahnya, Allah akan menolak siksa-Nya dari orang itu dan orang yang memelihara lidahnya, Allah akan memelihara auratnya” (HR. At-Thabrani).

10.    Ingatlah dengan mengendalikan amarah berarti menjadi orang yang kuat dan menang dalam peperangan. 

Sebagaimana hadits Rasulullah
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

11. Ketika timbul perasaan marah, hendaklah duduk sambil ingat Allah. Kalau duduk masih marah juga, hendaklah segera berwudu, karena dengan berwudu badan terasa segar. Kemarahan dipengaruhi setan dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan oleh air, maka setan dibasmikan oleh dinginnya air wudu.
Artinya:
“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya setan itu kejadiannya dari api, dan sesungguhnya api itu dapat padam dengan air. Jika diantara kamu marah, segeralah berwudul.” (H.R. Abu Dawud)

Referensi :
Al-Ghazali keajaiban-keajaiban hati. Penerjemah Muhammad Al Baqir. Mizan media utama. Bandung. 2004.

http://edukasiislam.over-blog.com/2016/09/pengertian-ghadab.html

Senin, 29 Juni 2020

Antara sambal tomat, corona dan congorna


Pagi ini sempat bingung  mau menulis tentang apa. Iseng-iseng ambil gambar berbagai lauk pauk yang sudah saya goreng plus sambal tomat.

Kemudian, foto tersebut saya upload di beranda Facebook dengan caption;
"Setiap pagi Mak bakul kegiatan rutinnya ya begini, siapin sarapan dan masak untuk makan siang. Cuci piring dkknya. disambi mbakul dan menulis entah artikel, entah cerpen. Kadang kalau lagi fokus menulis, pekerjaan rumah tanggapun tidak kelar-kelar.  Alhamdulillah untuk pagi ini sudah kelar. Hanya saja menulisnya yang belum kelar, belum dapat ide untuk pagi ini. Ada yang bisa kasih masukan? Enaknya hari ini saya menulis tentang apa ya?".

15 detik kemudian ada salah seorang teman mengomentari postingan saya, beliau berkomentar " tentang sambel tomat dan corona Mbak," disertai emot tertawa.

Saya sempat terlonjak dan bertanya-tanya dalam batin "apakah idenya ini sekedar guyonan apa ngasih saran beneran ya?" Tapi saya berpikir lagi. Oh iya, sejak ada covid-19 ada beberapa ujaran yang sempat viral yaitu "lebih bahaya congorna daripada Corona, lebih takut congor tetangga daripada corona."

Baiklah tulisan kali ini saya akan membahas tentang sambel tomat dan corona, sambel tomat dan congorna.  
Apakah ada kaitannya? Jelas ada.

Anda pasti tidak asing lagi dengan salah satu buah yang biasa dipakai bahan bumbu dapur. Dipakai untuk  membumbui ikan pindang atau klotok dicampur dengan irisan bawang dan cabe rawit. Juga, sebagai tambahan bumbu asam pedas manis, sarden dan satu lagi sebagai salah satu bahan membuat sambel. Yup, dialah si buah "tomat". 

Tomat ternyata memiliki manfaat kesehatan dalam tubuh. Dalam satu buah tomat berukuran sedang, terkandung 20 kalori (tomat memang memiliki kalori yang rendah), 1,2 gram serat, dan 5 gram karbohidrat.  Serat yang terkandung di dalam tomat adalah serat larut yang dapat bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan. 

Tomat adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin C, yang merupakan antioksidan kuat yang bermanfaat untuk menghalau radikal bebas. Radikal bebas diketahui dapat merusak sel dan jaringan tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit.

Selain itu, vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen. Tubuh membutuhkan kolagen untuk menunjang kesehatan kulit dan sendi, meningkatkan imunitas, serta membantu penyerapan zat besi.

Masa pandemi seperti sekarang ini sangat penting menjaga imun tubuh. Sebagai bentuk pencegahan agar tidak tertular virus Corona. Dengan mengkonsumsi tomat yang kaya kandungan vitamin C nya bisa menjadi alternatif pencegahan virus tersebut. Bisa langsung dimakan mentahan, atau dijus atau dijadikan sambel tomat. 
Caranya tomat digoreng setengah matang, atau mentahan langsung diulek bersama cabai rawit dan bawang merah, tak lupa kasih garam dan gula secukupnya.  Selain rasanya nikmat juga bermanfaat untuk menjaga imun tubuh.

Lantas, apa kaitannya sambel tomat dengan congorna? Kaitannya sambel tomat dengan congorna adalah congor merupakan padanan kata dari mulut, dan pastinya yang bisa merasakan nikmatnya sambel tomat ya bagian tubuh yang disebut mulut itu.  Hehehe...

Congor atau mulut adalah salah satu organ tubuh manusia yang secara Ruhiyah merupakan wadah atau tempat bersemayamnya lisan. Padanan kata lisan antara lain perkataan, tuturan, ucapan dan ujaran.

Adapun karakter lisan sendiri lentur tidak bertulang. Bahkan, ada pepatah " lebih tajam lisan daripada pedang. Hal itu disebabkan banyak sekali dampak negatif lisan. Kecuali, lisan yang digunakan untuk berdzikir dan beribadah serta berdakwah.

Seseorang bisa selamat karena lisan, seseorang bisa terbunuh karena lisannya. Sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari. Rasulullah bersabda bahwa, "keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan".
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)" (HR: al-Bukhari dan Muslim). 

Hadits tersebut menunjukkan betapa Penting untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang. menjaga lisan sama dengan menjaga ucapan.

Dengan menjaga ucapan kita akan terhindar dari dosa besar dan tidak jatuh ke dalam neraka. Karena ada sebuah hadits nabi yang artinya;  "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988).

Bahasa atau perkataan yang baik diibaratkan oleh Allah dalam Q. S. Ibrahim ayat 24-25. Laksana sebuah pohon yang baik. Akarnya kuat sehingga mampu menyimpan air dan menahan tanah dari erosi. Cabang-cabangnya menjulang ke langit sehingga, bisa menjadi tempat berteduh.
Lisan yang mengeluarkan perkataan yang baik itulah lisan yang bermanfaat dan orang yang mendengarkan perkataan tersebut merasakan keteduhan dan ketenangan.
Namun, lain lagi jika lisan mengeluarkan kata-kata tidak baik hanya akan membawa rasa sakit bagi yang mendengarkan.

Maka, Jagalah lisan, jaga perkataan. Jangan sampai karena ucapan kita dapat menyakiti hati dan perasaan orang lain.  Hingga tanpa sadar kita mengumpulkan pundi-pundi dosa, dan jatuh ke jurang neraka.

Adapun cara agar lisan tidak menyakiti hati orang lain. Antara lain;
1. Hindari mencaci, memaki dan mengolok-olok.
2. Hindari ghibah/ menggunjing
3. Hindari berkata-kata keji dan menghina
4. Pilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang lain
5.  Hindari mencari-cari kesalahan dan kejelekan orang lain.
6. Berfikir dulu sebelum berbicara, pilihlah kata-kata yang baik, jika tidak bisa lebih baik diam.
7. Perbanyak mengucapakan kalimat toyibah dan berdzikir.
8. Fokus memperbaiki diri menuju pribadi yang lebih baik.

Apabila sudah mengerti akan bahaya lisan dan tidak mau menjaga lisan/ perkataannya, masih saja nyinyir dengan   tetangga, teman atau saudara seiman. Langkah terakhir yang bisa diambil adalah itu congor geprek saja dengan sambal tomat level 1001.

semoga manfaat

Referensi : 




Minggu, 28 Juni 2020

Tips mengelola jiwa yang tengah berkeluh kesah


Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah dalam sebaik-baik bentuk.  Baik dari segi fisik maupun psikhis, lahir maupun batin.

Selain itu, manusia juga mempunyai fitrah berkeluh kesah. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an  Q.S. al-Ma’arij/70: 19-20, yang artinya:
(19)"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir."
(20)"Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. "

Berdasarkan firman Allah tersebut kita bisa melihat salah satu Fitrah manusia yang jika ditilik dari ilmu akhlak, manusia memiliki tabiat buruk, di mana apabila mereka ditimpa ujian, musibah atau kesusahan sering berkeluh kesah. Bahkan, adakalanya menyalahkan takdir Allah. Akan tetapi, apabila mereka diberikan sedikit kesenangan hidup, sedikit harta dan kedudukan, mereka cepat lupa diri, lalai. 
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. fushilat ayat 51, yang artinya "Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdo'a."

Walaupun manusia memiliki fitrah seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT di atas. Allah juga memberikan tuntunan dan petunjuk kepada jiwa-jiwa yang senantiasa diliputi kegelisahan agar dapat mengelola fitrah berkeluh kesah dan kikir itu sehingga, menjadikannya pribadi yang sehat secara jasmani maupun rohani. Menjadi pribadi yang taqwa dan diridhoi oleh sang khalik.

Lantas, bagaimana cara mengelola Fitrah  berkeluh kesah dan kikir. Agar, tiada kegelisahan dalam hati serta menjadi jiwa yang taqwa? Yaitu antara lain: 

1. sholat,
Sholat salah satu rukun Islam yang kedua dan memiliki manfaat yang luar biasa. 
Selain berpahala, sholat juga bisa menenangkan hati. Ibadah sholat juga dapat mendekatkan seorang hamba kepada sang khalik dan kebaikan-kebaikan serta cahaya hidup.  Dengan sholat mampu menahan seseorang untuk berbuat keji dan mungkar. Sholat juga bisa membantu seseorang keluar dari problematik kehidupan.

2. puasa
Puasa merupakan ibadah yang mampu membawa seorang muslim kepada ketaqwaan karena di dalam puasa, seseorang ditempa untuk menahan diri dari kemaksiatan dan melakukan keburukan, baik yang bersumber dari  hatinya dalam hal ini prajurit nafsu maupun lisannya.  Puasa juga mendidik seseorang untuk bersabar. 

3. zakat dan sedekah
Salah satu fitrah manusia yang lain adalah kikir. Agar fitrah tersebut tidak mendominasi pribadi seorang muslim. Maka, seorang muslim harus melakukan kegiatan atau ibadah untuk melawan kekikiran itu. Yaitu melalui zakat dan sedekah.

4. Bersyukur dan Ridha
Syukur merupakan bentuk keridhaan / pengakuan terhadap rahmat Allah dengan penuh kerendahan hati. Berikutnya dalam pengertian yang lain syukur adalah pujian dan pengakuan terhadap nikmat Allah yang dibuktikan dengan kerendahan hati dan kecintaan menerimanya disertai ucapan dan perbuatan yang selaras dengan ucapan tersebut.

Syukur nikmat adalah lawan dari kufur nikmatsalah satu akhlak mulia yang timbul karena ridho kepada ketentuan Allah (takdir). Apabila manusia memiliki rasa syukur dan ridho akan ketentuan Allah, jelas fitrah berkeluh kesah tersebut akan hilang dari diri manusia. Berganti bahagia. Karena, berkeluh kesah bisa menimbulkan penyakit hati juga fisik, hidupnya akan gelisah terus menerus tiada ketenangan.

5. Perbanyak dzikir
Dzikir artinya mengingat Allah. Mengingat Allah dalam setiap keadaan. Di manapun dan kapanpun. Karena, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Dzikir mampu mengusir rasa resah dan gelisah. Mengingat, hati dipenuhi oleh nama Allah bukan hal lain.

6. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Yaitu dengan menjalankan semua perintah-perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Di samping itu, dengan meyakini keniscayaan adanya hari akhir, tak ada lagi yang perlu dirisaukan. Setiap cobaan dijadikan sebagai lahan ibadah karena percaya, bahwa Allah selalu menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Meskipun saat itu yang dirasakan oleh hamba adalah kepedihaan, kekecewaan, rasa malu yang mendalam, kepahitan, rasa sakit yang tidak tertahankan dan sebagainya, ia akan mengadukannya hanya kepada Allah dan berprasangka baik atas musibah yang menimpanya dengan keikhlasan dan kesabaran sehingga perlahan-lahan akan muncul perasaan tenang dan kepasrahan atas segala kehendak Allah yang menimpanya.
P
Hal ini pun diakui oleh William James seorang filosof dan ahli ilmu jiwa Amerika,. Ia mengatakan: “Tidak ragu lagi bahwa terapi terbaik bagi keresahan ialah keimanan kepada Tuhan.”

Selain itu, keyakinan bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan semata yang sewaktu-waktu bisa diambil dalam sekejap mata. Akan membuat seseorang ridho dan tidak gelisah ketika kehilangan, kecewa, dan kesusahan. Syukurilah apa Yang ada dan yang terjadi pada kita karena, dengan bersyukur kita akan bahagia.

Bismillah terbasmilah segala resah
Bismillah terbasmilah segala gundah

Referensi :
Renungan dahsyat untuk muslimah, Ziyad books. Nur Silaturrohmah, Lc. Surakarta. 2015



Sabtu, 27 Juni 2020

Ghibah, dampak dan cara menghindarinya

Fenomena semarak meng-ghibah tidak hanya terjadi di perkumpulan emak-emak berdaster, atau emak-emak pemakai barang branded. Namun, fenomena tersebut sudah lama merambat ke perkumpulan anak-anak muda. Terutama usia pelajar SLTP maupun SLTA. Miris bukan?

Padahal dalam Islam meng-ghibah itu haram hukumnya. Dosa besar. Agama dan kepercayaan apapun, saya yakin juga melarang. Karena, perkara tersebut bisa merugikan orang lain. Setiap agama pasti bertujuan untuk kedamaian dan kebaikan. Sementara  perbuatan ghibah  bukan membawa kebaikan justeru membawa keburukan.

Apa sih ghibah itu?
Ghibah adalah menyebutkan atau membicarakan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan dan dibicarakan). Baik dalam persoalan fisik/  jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, segala kejelekan, keburukan dan lainnya.  Padanan kata ghibah adalah menggunjing, menggosip.
Bedanya Ghibah dengan dusta yaitu kalau ghibah yang diperbincangkan memang benar adanya.

Dalam Islam juga menjelaskan secara rinci tentang perbuatan ghibah sebagaimana hadits Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.” (H. R. Muslim)

Di dalam Al Qur'an juga banyak ayat-ayat  yang terkait ghibah/ menggunjing. Seperti ayat berikut ini yang artinya
"Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujurat : 12).

Sangat jelas sekali bahwa ghibah merupakan perbuatan yang tercela, perumpamaan orang ghibah seperti orang yang memakan bangkai / jenazah saudara sendiri (orang yang dighibahi). Bukankah sangat menjijikkan bila kita makan bangkai yang busuk dan bau. Apalagi bangkai manusia dalam hal ini saudara sesama muslim yang sudah kita pergunjingkan, siapa yang doyan?  bahkan Rasullullah menjelaskan secara gamblang apa itu ghibah. Karena apa? Karena Rasulullah khawatir umatya tiada sadar terjerumus ke dalam perbuatan ghibah. Kalau sudah terjerumus artinya dia terjerumus juga ke dalam kubangan dosa.

Sering seseorang tidak menyadari apa yang tengah diperbincangkan di saat tengah berkumpul bersama kawan , sahabat, rekan, tetangga maupun dengan saudara.
Tahukan karakter lidah/ lisan itu? Lentur tidak bertulang, mudah mengeluarkan kata-kata tanpa dipikir panjang. Jika sudah berbicara sulit untuk berhenti. Berganti-ganti tema pembicaraan dan biasanya tanpa disadari lama-kelamaan tema-nya berganti ngomongin orang,  ngegosip/ ghibah. Sepertinya hal itu sepele, ringan namun, berat tanggungjawabnya kelak.

Adapun bentuk atau cara mengghibahpun bermacam-macam. Diantaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-olok. Sindir menyindir antara peserta ghibah yang tujuannya diperuntukkan untuk seseorang yang sedang dighibahin.

Kalau zaman dahulu sekitar tahun 1980 an ke bawah, anak-anak usia SLTP tidak mengenal ghibah. Paling cuma tengkar rebutan mainan atau rebutan kawan bermain. Setelah itu berbaikan lagi.

Lain dengan era sekarang anak usia SLTP sudah pada pinter menghibah malah dijadikan hoby. Ironisnya lagi ghibah mereka sering kali mengarah ke fitnah.
Sayang banget jika masih muda sudah terjangkit penyakit hati dan penyakit masyarakat. Seharusnya saat menjadi pelajar melakukan sesuatu yang berguna. Bukan melakukan pekerjaan yang sia-sia, bahkan mengandung unsur dosa.

Seharusnya mereka fokus belajar dan memperbanyak kawan. Bukan mencari lawan atau musuh. Jika hobynya meng-ghibah bukan malah menambah teman tapi menambah musuh. Sepatutnya mereka fokus memikirkan masa depan bukan bergelut dengan urusan orang.

Semua pasti paham dampak yang disebabkan oleh ghibah. Selain dapat menimbulkan permusuhan juga berdampak antara lain; 
1. Merusak agama
2. Merusak masyarakat
3. Merusak orang lain.
4. Merusak diri sendiri karena Ghibah merupakan perbuatan yang tergolong dalam dosa besar, sebagaimana Imam Al-Qurthubi ungkapkan dalam kitab Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, bahwasanya ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar lainnya. Orang yang ghibah akan mendapat kemurkaan dari Allah SWT.
5. Memicu perpecahan dan pertikaian
6. Bisa terjadi fitnah

Dari dampaknya saja kita sudah tahu akan bahaya ghibah. Akankah sebagai orang tua, orang dewasa apalagi yang berilmu akan membiarkan fenomena ghibah di kalangan anak usia pelajar  semakin semarak? Bukankah itu artinya kita membiarkan mereka berkubang dalam dosa? Dan tanpa sadar kita pun ikut berdosa.

Mengapa ghibah di kalangan pelajar semakin semarak? Pasti ada faktornya. Diantaranya;
1. Faktor pergaulan / pertemanan. Perilaku menghibah tidak mungkin dilakukan sendiri pasti ada lawan bicara. Nah, carilah teman yang cuek dengan urusan orang lain. Kalau bisa cari teman yang hoby baca buku bukan hoby menghibah. Jika menemukan teman hoby menghibah jangan didekati saat dia sedang menghibah jauhi dan pura-puralah tidak mendengar. Nanti, dia akan berhenti menghibah apabila tidak ada yang mendengar dan merespon pembicaraanya.

2. Faktor lingkungan
Terlalu sering kumpul bareng emak-emak yang suka menggunjing. Adakan? Anak-anak muda ikutan kumpul dengan emak-emak terus menikmati perbincangan para emak-emak itu. Ketularan deh.

3. Tidak mempunyai kegiatan yang manfaat.
Karena kebanyakan nganggur tanpa kegiatan. Sehingga si anak  kluyar kluyur dengan teman. Nongkrong di rumah teman sama gengnya sambil bincang ke sana ke mari lama-lama nyinggung salah satu nama temannya akhirnya terjadilah gosip. 

4. Pengaruh televisi dan medsos.
Sudah bukan rahasia lagi bahkan terang-terangan ada salah satu program televisi yang laris banget. Di semua Chanel televisi program tersebut pasti ada. Yup, betul "acara ngegosip".

Dengan beragam nama acara tapi intinya sama yaitu gosip/ menggunjing.
Mungkin Anak-anak sejak kecil sudah biasa diajak nonton TV oleh ibunya, mamanya, emboknya saat acara gosip. Biasalah emak-emak hoby banget lihat gosip. Apalagi anaknya tidak diberikan informasi bahwa gosip itu tidak boleh. Akhirnya anaknya terbiasa dong ya ngegosip karena sajian yang selalu dilihatnya adalah ngegosip.

Untuk itu para orang tua, guru dan masyarakat mulai sekarang mari kita berpartisipasi demi tegaknya moral generasi bangsa. Apabila, menemukan para kawula muda menggunjing,  beri mereka pengertian terkait haramnya menghibah. Kemudian, mari kita mulai dari diri kita sendiri untuk menjauhi perbuatan ghibah. sehingga, apa yang kita katakan kepada mereka diikuti, dipercayai. karena, kita telah memberikan contoh nyata dalam kehidupan. Yaitu mengindari ghibah.

Selanjutnya untuk yang muda, yang tua, inilah cara menghindari ghibah ala Rasulullah yakni dengan cara ;
1. Menjaga lisan dan hati.
Dengan lisan seseorang bisa selamat, dengan lisan pula seseorang bisa celaka. Apabila hati itu bersih baik maka seluruhnya pun akan baik pula.
2. Berbaik sangka dan selalu berpikir positif terhadap Allah, rasulNya dan sesama manusia
3. Jangan sekali-kali mencari kesalahan orang lain. Karena , setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan n juga punya kelebihan serta kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna termasuk dikau.
4. Jauhi sifat iri dan dengki
5. Jangan mudah menuduh dan mencaci.


Jumat, 26 Juni 2020

Ketika ikhtiar tak kunjung menghasilkan

Manusia merupakan makhluk ekonomi.  Sebagai makhluk ekonomi manusia tidak dapat hidup tanpa melakukan kegiatan ekonomi. Karena, dengan melakukan kegiatan ekonomi seseorang bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tanpa melakukan kegiatan ekonomi seseorang tidak akan bertahan hidup.

Bukankah dalam Al Qur'an sudah dijelaskan bahwa seluruh makhluk hidup sudah ada jatah rezekinya masing-masing? Untuk makan sehari-hari, makhluk kecil seperti semut pun sudah  dijatah oleh Allah SWT?

Memang benar semua makhluk ciptaan Allah sudah ditetapkan rezekinya masing-masing dan hal itu sudah tercatat sejak  50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, yang tertulis di lauhul mahfudz. Namun, akankah rezeki itu datang dengan sendirinya? Jatuh dari langit langsung? Pernahkan kita menemukan bukti bahwa rezeki kita akan datang dengan sendirinya tanpa usaha sama sekali?

Salah satu contoh Allah menyiapkan ikan di sungai, di rawa dan di laut untuk bisa dimanfaatkan oleh manusia. Sebagai lauk teman nasi. Namun, akankah ikan itu akan datang dengan sendirinya? Tanpa kita berusaha untuk mengambilnya dengan cara memancing, menjala dan sebagainya. Itulah perumpamaan jatah rezeki kita yang harus diambil melalui ikhtiar

Semut,  makhluk yang kecil setiap hari keluar mencari makan bersama rombongannya. Itu karena mereka tahu bahwa makanan tidak akan datang dengan sendirinya tanpa usaha.

Begitupun manusia sebagai makhluk yang diberikan kesempurnaan dibanding makhluk lainnya. Manusia mempunyai akal, nafsu dan insting haruslah melakukan ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi,  zaman sekarang semua hal memerlukan biaya. Dari hal remeh temeh hingga hal terpenting dalam hidup, dari mulai tidur hingga bangun lagi semua membutuhkan  biaya.

Biaya untuk membeli sandang, pangan , papan dan kebutuhan lainnya. Apalagi, jika seseorang ingin merubah nasibnya, ingin semua kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier dapat terpenuhi. Semua itu memerlukan usaha/ ikhtiar.

Apa arti ikhtiar itu ?
Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.

Dari pengertian ikhtiar di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ikhtiar itu kegiatan yang mengharuskan seseorang untuk memilih suatu pekerjaan agar mendapatkan apa yang dikehendakinya. Sebuah usaha untuk merubah nasib hidupnya.

Untuk merubah nasibnya, Ikhtiar  harus dilakukan secara maksimal dan bersungguh-sungguh, tidak mengenal lelah ataupun putus asa. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya "sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, sebelum mereka merubah nasib mereka sendiri." (Q.S. Ar Ro'du : 11)
"Dan janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah." ( Q. S. Yusuf : 87)

Adapun cara ikhtiar yang benar adalah adanya niat bekerja karena Allah, agar usaha yang kita lakukan berpahala  kemudian, diiringi do'a dan tawakkal.

Lantas, bagaimana apabila seseorang sudah melakukan ikhtiar dengan sungguh-sungguh namun, nasibnya masih sama? Perlu usaha lebih keras lagi. Jika bekerja sebagai buruh hasilnya sedikit dan tidak bisa mencukupi kebutuhan perlu mencoba mencari usaha lain. Bisa dengan berjualan, atau memanfaatkan keterampilan yang dipunyai dan jangan lupa ikhtiarnya dibarengi dengan do'a dan tawakkal.

Masih banyak kasus di masyarakat, seseorang sudah bekerja keras dari pagi hingga sore tapi masih saja kekurangan. kemudian mengikuti jejak teman-temanya yang sudah sukses berjualan di perantauan. Tak lupa mereka sungguh-sungguh dalam berdo'a. Namun, hasilnya masih sama tidak bisa sukses seperti mereka.

Barulah hal itu kembali pada takdir Allah. Setiap manusia lahir sudah ditetapkan takaran Rezeki baginya. Apalagi sudah mencoba berbagai usaha yang dilakukanya, ternyata rezeki yang berlimpah tak juga bertandang padanya. Sudah mencoba usaha A, B , C hingga  D, ikhtiarnya tak kunjung menghasilkan. Kata orang tua itu artinya "awake cilik" maksudnya memang takaran rezekinya segitu. Yang tertinggal adalah tawakkal ( berpasrah diri kepada Allah)

Namun, jangan hanya tawakkal saja. Teruslah berikhtiar secara lahir ( bekerja keras) maupun batin (berdo'a). Tetaplah Mencari rezeki dengan cara yang benar tidak menipu atau berlaku curang. Tidak merampas hak milik orang lain. Pasti rezeki yang akan kita peroleh adalah rezeki yang barokah. Meskipun hasil dari ikhtiar kita sedikit. Sedikit namun, berkah. Rezeki yang berkah itu rezeki yang berkembang, bertambah, bermanfaat, mendatangkan banyak kebaikan dan kebahagiaan.

Bukankah yang dicari manusia adalah kebahagiaan? Dan kebahagiaan bukan berasal dari harta, dan kedudukan. Namun, kebahagiaan berasal dari hati yang penuh syukur.

Teruslah Bersyukur karena dengan bersyukur maka rezeki kita akan ditambah oleh Allah. "Lain syakartum la aziidannakum wa lain kafartum Inna 'adzaabii lasyadiid."
Mungkin ditambahnya rezeki kita tidak berupa harta namun, berupa keluarga yang sehat, anak-anak penurut, hati yang tenang, diberikan hidayah dan mampu menjalankan kewajiban seperti sholat, zakat dan puasa. Semua hal itu juga termasuk rezeki. 

Al Qur'an terjemahan. Penerbit departemen agama Islam

Kamis, 25 Juni 2020

Mau awet muda? Tertawa dan menangislah seperlunya saja

Pernahkah mendengar sebuah celetukan yang lama kelamaan menjadi sebuah pepatah? Pernah bukan? Salah satunya adalah pepatah  "Tertawalah! sebelum tertawa itu dilarang." Pepatah tersebut sudah lama booming, dan ada lagi  ujaran "tertawalah! meskipun tanpa sebab." Karena, tertawa diyakini sebagai salah satu obat stress. Selain untuk obat stress tertawa juga dipercaya sebagai obat awet muda yang alami dan gratis. Benarkah demikian?

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI) arti tertawa adalah melahirkan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan suara berderai.
Pada umumnya manusia tertawa jika melihat sesuatu yang lucu atau bahagia.

Di sebuah artikel menyatakan, para peneliti telah  membuktikan bahwa "tertawa bagus untuk kesehatan. Tertawa bisa hilangkan stres yang bisa mencegah hampir 70 jenis penyakit". Lebih dari 70 persen penyakit ada hubungannya dengan stres, mulai dari hipertensi, jantung, depresi, insomnia, migrain, pikun, alergi, dan lainnya," papar kataria seorang psikiater asal Mumbai.

Dengan tertawa, hormon anti stres (endorfin) pun akan dilepaskan yang akan mengalahkan hormon stres (cortisol, adrenalin, epinephrine) yang keluar ketika stres. Hal itu bisa mengurangi tekanan darah yang merupakan penyebab berbagai penyakit.

Studi sudah membuktikan bahwa terjadi penurunan 10-20 mm tekanan darah ketika seseorang tertawa selama 10 menit. Tertawa terbahak-bahak juga diketahui bisa meningkatkan sistem imun dalam tubuh dengan cara memicu produksi sel-sel limfosit yang bertindak sebagai pembunuh stres alami.

Benarlah adanya bahwa tertawa, bisa menghilangkan stress dan membantu menurunkan tekanan darah. Akan tetapi, tertawalah seperlunya saja, Tidak berlebihan. karena, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. 

Sering dijumpai dalam sebuah perkumpulan,  terdapat seseorang yang menjadi bahan guyonan. Hal tersebut menjadi hal yang menyenangkan bahkan mengerikan jika tertawa berlebihan hingga terbahak-bahak.

Lantas, bagaimanakah pandangan dalam kesehatan hingga agama terkait tertawa berlebihan?

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), Program Studi (Prodi) Ilmu Kesehatan, Wildani Khairatun Hisan mengatakan, dari segi medis tertawa merupakan hal positif namun jika berlebihan dapat mempengaruhi kinerja jantung.

“Pada saat seseorang tertawa, otak akan melepaskan hormon kimia adrenalin yang jika terlalu banyak dapat meracuni jantung, serta keadaan emosi yang negatif dan positif pun dapat berpengaruh,” jelasnya.

Beliau menambahkan, hal tersebut dapat membahayakan kesehatan jantung dan detak irama pada jantung menjadi abnormal yang membahayakan nyawa.

Dalam Islam sendiri, tertawa tidak dilarang bahkan dibutuhkan dalam menjalani kesibukan sehari-hari yang menjenuhkan. Rasulullah sendiri terkadang tertawa dan bercanda dengan para sahabat dan anak kecil.

Salah satu contoh bercanda dan tertawanya Rasulullah adalah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah).”[Mukhtashar Syamaa-il dan Ash-Shahiihah no. 2987]

Berdasarkan hal tersebut, menurut Islam tertawa itu boleh asal tidak dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus. Apalagi jika dijadikan sebagai kebiasaan hidupnya. Karena, orang yang banyak tertawa akan membuat keras hatinya. Bahkan, bisa mematikan hati. Hati akan sulit menerima kebenaran dan tersentuh dengan kelembutan dan kebaikan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi bahwa Rasulullah berkata :
“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” 

Di samping itu perlu sebuah kesadaran bahwa dunia ini sementara, akhiratlah kehidupan yang abadi. Apabila hidup di dunia hanya kita gunakan untuk tertawa terus menerus. Bagaimana akan mengumpulkan bekal untuk akhirat kelak. Memikirkan nasib akhir hidup kita akankah di surga atau di neraka? Akankah akan Tertawa selamanya atau menangis selamanya? Tertawalah seperlunya saja. Untuk tujuan meredakan ketegangan otak yang terkadang mengalami stress.

Jangan tertawa terus menerus tanpa sebab sekali-kali perlu juga menangis. Karena, menangis juga bisa meredakan stress, mengurangi rasa sakit, meningkatkan mood, melegakan perasaan bahkan bisa membunuh bakteri. Menangis dan tertawa seperlunya agar, ada keseimbangan dalam tubuh kita.  Menangis dan tertawa seperlunya juga bisa menjadi balance  perjalanan hidup manusia agar tidak melakukan sesuatu secara berlebih-lebihan.

Lantas, benarkah tertawa dan menangis bisa menjadi obat awet muda? Bisa, karena dengan Tertawa dan menangis stress akan hilang, di mana salah satu penyebab munculnya keriput di kulit secara cepat adalah stress. Tertawa dan menangis bisa menyehatkan kulit. 

Sebagai tambahan dalam islam, dan dari sudut pandang kecantikan. jika ingin awet muda secara alami dan gratis. selain tertawa seperlunya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu antara lain ;

1. Berwudhu
Telah diibuktikan oleh peneliti dari Austria yaitu Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology.
Didalam penelitiannya dia mengatakan bahwa "ada sesuatu yang menakjubkan tentang wudhu". Lebih lanjut dia mengatakan bahwa "pusat-pusat syaraf yang ada di sebelah dahi, tangan dan kaki sangat sensitif terhadap air segar sehingga hal ini bisa mempengaruhi pusat-pusat syaraf tersebut dan tentunya berdampak pada kesehatan kulit yang tersentuh oleh air wudhu".

2. Berpikir positif
Berpikir positif adalah salah satu akhlaq terpuji. Sikap positif  membantu dalam  mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Sebuah pandangan yang positif dapat membantu untuk mengatasi situasi stres dan dapat mengubah hidup seseorang lebih baik.

3. Tersenyum dengan tulus
Tentang membahagiakan orang lain yakni dengan senyum, selain tersenyum merupakan salah satu perbuatan baik, tersenyum juga dianggap sedekah. Sabda Rasulullah SAW: “Senyummu untuk saudaramu adalah (berpahala) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi). Tersenyum juga membuat wajah menjadi lebih muda.

Dilansir dari Psychology Today, selain lebih muda, tersenyum  juga membuat orang terlihat lebih tirus daripada orang yang berwajah sedih atau muram. Selain memiliki fungsi untuk membuat diri kamu tenang dan rileks, banyak senyum akan membuat kamu terlihat lebih muda dari usia kamu yang sebenarnya. Tentunya kamu juga mendapatkan lebih banyak teman karena wajah yang terlihat ceria dan menarik.

4. Taat ibadah, bersyukur, sabar dan ramah 

Beribadah akan menjadikan diri seseorang mendapatkan ketenangan. Dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang. Di samping itu Bersyukur, sabar dan ramah adalah hal-hal positif yang bisa menstabilkan kinerja jantung.

5. Selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Mampu mengontrol emosi.

Referensi : 




https://www.halodoc.com/banyak-tertawa-bisa-bikin-awet-muda

https://www.alodokter.com/tidak-disangka-ada-manfaat-menangis-untuk-kesehatan




Selasa, 23 Juni 2020

Siapkah berakhlak di era digital ?

Zaman sekarang, masyarakat lebih banyak berinteraksi dengan gadget daripada langsung bertatap muka dengan sesama. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Gadget tidak hanya masuk ke rumah-rumah perkotaan maupun pinggiran kota, namun sudah masuk ke seluruh pelosok desa.

Gadget tidak lepas dari jaringan internet khususnya teknologi informasi, yang sudah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu masa sekarang ini bisa dikatakan masa/ era digital. Di mana, di era ini semua serba cepat, mudah dan instan serta bebas tanpa batas.

Sifat era digital yang bebas tanpa batas inilah terkadang membuat seseorang di luar kendali. Bebas berkomentar, berbicara, berpendapat bahkan bebas menilai seseorang. Kemudian muncullah berita-berita yang mengandung fitnah. Tidak jarang pula di media sosial seperti ; Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram dan media sosial lainnya kita menemukan orang-orang  dengan mudah dan seenaknya membuly, menghina, mengolok dan mencemooh. Padahal  memfitnah, membuly, mengolok-olok dan kawan-kawannya itu dalam Islam  termasuk perilaku tercela.

Syari'at Islam tidak hanya berlaku di dunia nyata. Namun, juga di dunia Maya selama yang mengotak Atik gadget itu masih bernafas syariat Islam tetap berlaku.

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Akhlak menurut Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu MiskawaihAl Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak itu terkait erat dengan perilaku yang baik. Apabila seseorang berperilaku tidak baik, maka seseorang itu dapat di sebut orang yang tidak berakhlak. Orang yang tidak berakhlak berarti orang yang melakukan perbuatan tidak terpuji/ perbuatan tercela.

Lantas, bagaimana caranya seseorang  mengetahui bahwa perbuatan yang  dilakukan itu terpuji atau tidak terpuji?
1. Berdasarkan dalil Naqli baik bersumber dari Al Qur'an maupun Al hadits.
2. Berdasarkan dalil aqli dalam hal ini yang menjadi sumber utama adalah akal atau logika seseorang.
3. Berdasarkan kata hati/ nurani. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan dan nuraninya digunakan pasti akan tahu apa yang diperbuat itu benar atau salah. Nurani tidak akan mengkhianati.

Selanjutnya mari kita otak Atik perbuatan yang sering kita temui di dunia teknologi informasi, seperti media sosial

A. Fitnah
Sering banget kita mendapati berita hoax atau tidak benar, apalagi berita tersebut tentang kejelekan seseorang. Hoax sama saja dengan fitnah. Bolehkah kita memfitnah? Fitnah jika ditinjau dari dalil Naqli baik Al Qur'an maupun Al hadits perbuatan tersebut termasuk berbuatan tercela bahkan diharamkan.
Berikut larangan fitnah dalam Islam.

1. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. 
Terdapat dalam Q. S. Al Baqarah ayat 119.  Yang Artinya : “Dan bunuhlah mereka dimanapun kamu temui mereka, kemudian usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu; dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram terkecuali jika mereka perangi kamu di tempat tersebut. Jika mereka perangi kamu maka perangilah mereka. Demikianlah balasan untuk orang kafir.”

2. Dosa melakukan fitnah lebih besar dari pada membunuh.
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai berperang di bulan haram. Katakanlah “Melakukan perang pada bulan haram merupakan (dosa) besar. Tetapi menghalangi orang di jalan Allah dan ingkar kepada-Nya (menghalangi orang yang masuk) Masjidil Haram dan juga mengusir penduduk yang ada disekitarnya lebih besar (dosanya) menurut pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Mereka tidak akan pernah berhenti perangi kamu sampai murtad, jika sanggup. Barangsiapa orang yang murtad dari agamanya, kemudian dia mati dalam keadaan kekafiran maka akan sia-sia amalnya di dunia maupun di akhirat dan mereka merupakan penghuni neraka dan akan kekal di dalamnya  ( Q.s. Al Baqarah ayat 217 )

Mengapa lebih besar dosa memfitnah daripada menghilangkan nyawa seseorang? Karena dampak akibat fitnah sangat besar. Pelan tapi pasti membunuh karakter seseorang. Membuat kekacauan apalagi di era digital sering terjadi fitnah secara massal melalui media elektronik yang bisa membuat kekacauan dunia. 

Di samping itu akan ada banyak orang yang terjatuh ke dalam dosa besar akibat fitnah dan banyak orang tidak menyadari hal tersebut.

3. Fitnah akan membuat hidup seseorang dalam penyesalan
Sebagaiman yang termaktub dalam Al Qur'an yang artinya
"Sedangkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Mereka tidak akan pernah berhenti perangi kamu sampai murtad, jika sanggup. Barangsiapa orang yang murtad dari agamanya, kemudian dia mati dalam keadaan kekafiran maka akan sia-sia amalnya di dunia maupun di akhirat dan mereka merupakan penghuni neraka dan akan kekal di dalamnya. ( Q.s. Al hujurat: 6)

3. Fitnah akan mencegah seseorang masuk surga
Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat “siapakah orang yang bangkrut?” lalu mereka berkata “orang yang tidak memiliki kekayaan”. Kemudian Rasulullah SAW berkata “Bukan itu, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai amal ibadah.” Lalu sahabat bertanya kembali “Bahkan ketika orang tersebut mengerjakan shalat dan puasa?”

Dan Rasulullah SAW menjawab
“bahkan ketika dia shalat dan puasa karena perbuatan baiknya akan diberikan kepada orang yang terzalimi, dia ghibah dan juga fitnah bahkan perbuatan buruk orang yang di fitnah dan di tindas akan diberikan kepada orang yang memfitnahnya.”

Di samping dalil Naqli bila ditilik secara logika, melakukan fitnah itu tidaklah baik dan tidak dibenarkan karena dampak dari fitnah sangat besar. Bisa membuat kekacauan, kehancuran, menyakiti hati seseorang serta bisa mengakibatkan seseorang kehilangan segalanya. Jahat bukan?!

Adapun jika ditilik secara nurani, bahwa menyakiti hati seseorang hingga membuatnya menderita hancur berkeping-keping. Kehilangan segalanya sangat bertolak belakang dengan nurani manusia yang secara fitrahnya itu suci, bisa tahu mana yang baik dan benar.  Biasanya kalau seseorang melakukan keburukan hatinya tak akan tenang. Coba kita tanyakan pada hati kita masing2 apakah fitnah itu benar? Apapun alasannya fitnah tetaplah perbuatan yang tercela dan harus benar-benar dihindari dengan cara meningkatkan keimanan.

B. Mengolok-olok / membuly/ mencemooh, mencaci maki.
Fenomena sekarang ini sering kita saksikan saudara-saudara kita sesama muslim yang saling mengejek, saling menghina, dan saling mengolok-olok di media sosial. Berbagai gelar dan julukan yang buruk pun mudah terucap, baik melalui lisan atau melalui jari-jemari komentar di media sosial.  Ucapan-ucapan yang tampak ringan di lisan dan tulisan, padahal berat timbangannya di sisi Allah Ta’ala di hari kiamat kelak.

Mengolok-olok secara hati nurani termasuk perbuatan yang tidak dapat diterima oleh nurani kita yang membuat hati tidak tenang. Kecuali jika mata hatinya sudah buta dan menghitam.

Secara logika jika kita mengolok-olok pasti akan menyakiti hati seseorang, melukai perasaannya. Membuatnya bersedih dan malu.

Sedangkan dalam Islam sendiri telah jelas bahwa perbuatan seperti memberi dan memanggil gelar buruk, mengolok, mencela/ menghina adalah perbuatan yang dilarang berikut dalil naqlinya; 

1. Memanggil dengan gelar yang buruk sebagai bahan gurauan atau hinaan
Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk)” (QS. Al-Hujuraat [49]: 11).

2. Mengolok-olok
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim” (QS. Al-Hujuraat [49]: 11).

3. Mencela orang lain sama saja dengan mencela diri sendiri
Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri” (QS. Al-Hujuraat [49]: 11).
Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyokong satu sama lain itu bagaikan satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya akan merasakan sakit, dengan begadang (tidak bisa tidur) dan demam” (HR. Muslim no. 2586)

Dari dalil Naqli tersebut di atas kita dapat menyimpulkan bahwa memberi gelar buruk, mengolok, mencaci, menghina, mencela sama saja telah berbuat  kefasikan. Fasik sendiri berarti keluar dari ketaatan. Artinya semua perbuatan itu hukumnya dosa, dilarang keras oleh Allah dan RasulNya. Maka, mari kita hindari dengan cara meningkatkan keimanan, berhati-hati dalam berucap, dan menulis komentar. Pilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang lain.

Wallahu 'alam...
Semoga bermanfaat

Referensi :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akhlak
https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/akhlaq/perbedaan-ghibah-dan-fitnah/amp
https://muslim.or.id/41414-saudaraku-sampai-kapan-kita-saling-mencela-dan-mengolok-olok.html

Minggu, 21 Juni 2020

Dagangan laris, rezeki berkah ala Rasulullah


Pandemi covid-19 datang ketika masyarakat sudah mulai merasa mapan dengan mata pencahariannya. Namun, kedatangannya tidak sekejap mata. Dia masih bertahan di Indonesia selama berbulan-bulan yang membuat perekonomian melemah, banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian, ada pula yang pendapatannya berkurang.

Keadaan seperti itu menyebabkan masyarakat kelimpungan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akhirnya sebagian besar masyarakat banting stir yang awalnya pekerja kantoran, ibu rumah tangga dan dari segala profesi beralih menjadi pedagang dengan atau tanpa modal.

Dalam islam sendiri, berdagang atau berwirausaha dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang mulia, bahkan mempermudah datangnya rezeki Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadist terkemuka yang berbunyi,
"Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan”
Ada lagi hadits Nabi Muhammad SAW   yang lain, diriwayatkan Baihaqi menyatakan, salah satu pekerjaan yang dianjurkan untuk dilakukan umatnya adalah berdagang. “Sesungguhnya sebaik-baiknya usaha adalah usaha berdagang."

Mengingat saat ini banyaknya jumlah pedagang,  terutama perdagangan via online sangat penting bagi kita untuk meneladani cara berdagang Nabi Muhammad SAW. Karena, dengan meniru cara berdagang Rasulullah kita akan mampu menjual dagangan dengan maksimal dan laku keras juga penuh keberkahan.

Keberkahan dalam berdagang itu sangat penting. Dengan mendapatkan keberkahan dalam berdagang, rezeki yang dihasilkan dari berdagangpun rezeki yang berkah.
Apa itu berkah ? Menurut Imam Al-Ghazali, berkah adalah bertambahnya kebaikan. Sementara para ulama mendefinisikan berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, meliputi berkah secara material dan spiritual, seperti kesehatan, ketenangan, keamanan, harta, usia, dan anak. Jadi, pada intinya berkah adalah langgengnya kebaikan atau bertambahnya kebaikan.
Percuma mendapatkan banyak uang dari hasil penipuan dalam perdagangan jika uang tersebut tidak berkah. Rezeki yang tidak berkah akan membuat hidupnya tidak berkah. Tidak ada ketenangan dan keamanan serta keluarga yang menyenangkan hati. Tidak ada kebaikan dalam kehidupannya lahir maupun batin. Material maupun spiritual.

Lantas bagaimana caranya agar bisa sukses dalam berdagang dan mendapatkan rezeki yang berkah dari usaha berdagang? Berikut adalah cara berdagang Nabi Muhammad SAW yang membuat dagangan laris manis dan menghasilkan rezeki yang berkah :

1. Niat karena Allah
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Bahwa "sesungguhnya segala sesuatu itu berdasarkan pada niat."
Dalam kaitannya dengan berdagang niat itu perlu agar usaha dagangan kita bernilai ibadah. Jangan sampai kita capek-capek berjualan tapi tidak ada pahala untuk akhirat kita. Intinya berdagang tidak hanya untuk urusan duniawi saja namun juga untuk urusan akhirat kita agar kehidupan dunia akhirat kita seimbang

2. Jujur dan amanah
Sebagaimana yang kita ketahui dalam sejarah bahwa Rasulullah itu seorang pedagang sejati. Terkenal dengan kejujurannya dalam berdagang. Beliau tidak pernah mengurangi timbangan. Kelebihan dan kekurangan kondisi barang dagangannya pun selalu beliau katakan pada pembeli.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para pedagang (pengusaha) akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai para penjahat kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan jujur.”

Beliau juga seorang yang amanah saat mendapat kepercayaan dari para pengusaha dalam mengelola modal usahanya, modal tersebut dikelola dengan baik dan maksimal kemudian keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan awal.
Selain itu, jika langganan memesan barang dagangannya , barang tersebut dikirim sesuai dengan pesanan dan tepat waktu, hingga sampai tujuan.

Adapun Tentang kejujuran dan amanah dalam berdagang itu sendiri beliau bersabda " pedagang  yang jujur dan amanah bersama dengan orang-orang yang benar dan orang-orang yang mati syahid kelak di hari kiamat" ( HR Ibnu Majah)

3. Bersikap ramah
Saat melayani para pelanggan Rasullullah tidak pernah bermuka masam, apalagi menjawab dengan  ketus serta memandang sinis pelanggan yang bertanya. Beliau melayani pelanggan dengan ramah, berkata lemah lembut dan sabar.

4. Menjual barang dagangan yang berkualitas
Rasullullah tidak pernah menjual dagangan yang cacat atau rusak. Beliau sangat menjaga kualitas barang dagangannya.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibn Majah, Uqbah bin Amir pernah mendengar Rasulullah berkata, “seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan. (HR. Ibn Majah)

5. Ambil keuntungan sewajarnya.
Rasulullah dalam berdagang mengambil keuntungan yang sewajarnya tidak berlebihan yang bisa memberatkan pembeli. Karena niat Nabi Muhammad dalam berdagang karena Allah SWT agar berdagang itu bernilai ibadah serta mendapat rezeki yang berkah.

6. Tidak mudah putus asa.
Rasulullah dalam berdagang tidak pernah putus asa, awal mula beliau merintis usaha dagang dari nol. Melakukan perjalanan jauh melewati tanah gersang dan tandus. Menawarkan barang dagangan dengan sabar dan penuh kejujuran.  Apabila ingin menjadi pedagang sukses maka, jangan mudah putus asa jika mendapati barang dagangan yang tidak laku-laku. Seorang pedagang tidak akan sukses jika tak ada semangat untuk bangkit dan berjuang. Kesuksesan membutuhkan proses yang panjang. Karena, Proses tidak akan pernah membohongi hasil. Teruslah berusaha dan do'a.

Referensi :

https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kumparanwoman/4-tips-berdagang-ala-rasulullah-agar-usaha-semakin-laris-dan-berkah-1tMKp5IuMgu

https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/info-islami/cara-berdagang-rasulullah/amp

https://blog.kitabisa.com/makna-berkah-dan-cara-meraihnya/


Bunga Yang Berbunga



Purnama mengapung di air rawa.  Di atas gundukan tanah aku memandangnya dengan sejuta tanya. Sesekali asap tipis mengepul dari bibir hitamku. Helaan nafas berat tak bisa aku elakkan.  Hari ini aku kena PHK dari tempat kerjaku sebagai kuli angkut di toko distributor material bangunan. Mungkin karena tenagaku sudah mulai melemah seiring  usia yang semakin bertambah.

Aku merogoh saku celana dan mengeluarkan amplop coklat. Kata si bos 'itu uang pesangonku selama bekerja bersamanya'. Aku mengeluarkan isinya yang berupa lembaran-lembaran merah bergambar mawar dan saat ini berada dalam genggaman. Aku pandangi sejenak. Lalu aku masukkan kembali ke dalam amplop coklat. Kemudian bergerak meninggalkan air rawa yang tenang berkilauan oleh cahaya purnama.

Ayam jantan berdendang lantang. Bukan berdendang sebenarnya, mungkin sedang bertakbir dan bertahmid menyambut subuh. Aku masih mendengkur di kasur kapuk yang keras.
 "Kang, bangun subuh!" istriku Saripah menggoyang-goyang tubuhku pelan
"Hmmm," aku enggan bangun karena pikiran sedang stress.
"Bangun Kang!" ucap istriku lagi.
"Iya, ya. Sudah pergi sana. Buatkan aku kopi!" secara halus aku mengusirnya biar tidak berisik. Lalu aku kembali dengan dengkuranku.

"Kang, bangun!" istriku kembali mengguncang tubuhku pelan
"Ada apa lagi?" mataku mengerjap. Lalu menggeliat dengan nyawa masih belum genap.
"Itu ada Bu Painem," ucap istriku lirih.
"Ada keperluan apa Painem mencariku?" aku menatap jam yang bergantung di dinding menunjukkan pukul 07.00 WIB.
"Tidak tahu," jawabnya dengan menggeleng.

Aku pun keluar menemui Painem yang masih berdiri di ruang tamu.
"Eh, bu Painem. Tumben ke sini," aku berbasa - basi.
"Iya pak Parjo. Saya ada perlu," jawab Painem mengulum senyum.
"Ada perlu apa?" tanyaku langsung.
"Saya dengar pak Parjo habis dapat pesangon. Saya mau pinjam uang pak Parjo. Lima juta," ucap Painem.
_Tahu saja kalau ada orang punya duit. Umpama tidak ada duit mana mungkin Painem datang ke rumah_ batinku.
"Wah, uang pesangonku buat kebutuhan dan modal, Bu. Aku sekarang menganggur," jawabku
"Pinjam bentar saja kok, Pak. Sebulan saya lunasi semua. Nanti saya cicil sedikit-sedikit," ucap Painem meminta.
"Waduh gimana ya," hatiku keruh. Pengen menolong tapi uang itu untuk modal jualan es dan pentol. Beli gerobak, sepeda roda dua dan lainnya.
"Tolonglah pak! Saat ini saya butuh uang. Berbunga juga tidak apa-apa. Asal pak Parjo mau memberikan pinjaman," Painem memohon.
_Berbunga?_  batinku dengan mata membulat.
"Saya pikir-pikir dulu ya, Bu. Nanti sore ibu ke sini lagi," aku tersenyum melihat kepergian Painem. Berawal dari itu aku menemukan sebuah ide dari lipatan-lipatan kesusahan tetanggaku.
 _Konsep riba_ aku menyeringai.

Semburat senja terlukis di cakrawala.
"Pak Parjo. Bagaimana? Bisakah pak Parjo memberikan saya pinjaman?" Painem kembali lagi merengek dengan mata berharap.
" Bisa saja. Kamu punya apa yang bisa dijadikan sebagai jaminan?" tanyaku ramah
"Mmm T-tidak punya, Pak," Painem nyengir.
" Kalau tidak punya, bagaimana jika kamu tidak bisa mengembalikan hutangmu?" aku berkata sinis
"Saya akan berusaha membayar hutangku dengan bekerja keras, Pak. Tolonglah saya! Beneran saya tidak punya apa-apa lagi untuk saya jadikan jaminan," Painem memelas.
"Bukankah kamu punya sertifikat tanah?" tanyaku menelisik
"Itu sudah saya sekolahkan ke bank, Pak," Painem nyengir lagi.
"Mmmm," gumamku
"Tolonglah, Pak! Anak saya sakit. Saya juga harus membayar hutang saya," Painem bersimpuh, tangannya memegang kakiku.
"Baiklah, tapi dengan syarat bunganya lebih besar dibanding yang ada jaminannya," aku pura-pura mengalah padahal ini sasaran empuk kalau tidak bisa membayar, aku bisa menyita rumah dan tanahnya. Rencana yang Cerdik. Senyumku menyeringai
"Bagaimana, Bu? Apakah setuju? Kalau tidak mau juga tidak apa-apa," ucapku santai toh dia kelihatan banget kalau butuh uangku.
"Baiklah Pak, saya setuju," jawab Painem pasrah.
"Berapa yang kamu butuhkan? Lima juta ya?" aku mengeluarkan kwitansi penerimaan juga surat perjanjian.
"Iya pak," Painem mengangguk
"Lima juta. Karena tanpa jaminan satu juta dibayar dua minggu bunganya Rp. 250.000. Dalam sebulan bunganya Rp. 500.000. Jadi total hutang ibu Rp. 7.500.000. Bagaimana?” aku menelisik wajahnya.
"Tidak apa-apa, pak Karjo. Yang penting saya dapat pinjaman," jawab Painem. Lalu aku minta dia menandatangani kwitansi penerimaan uang dan surat perjanjian.
"Ini lima juta. Jangan lupa bunganya, jika telat membayar maka ada denda. Mengerti,  Bu?" aku menyodorkan tumpukan uang ke tangannya.
"Saya mengerti, Pak. Terimakasih. Saya pamit dulu. Assalamu'alaikum," ucap Painem dengan wajah berseri-seri.
"Wa'alaikumsalam," aku tersenyum puas.
***
Setelah menemukan konsep itu aku mulai berburu, mulai dari Painem menjalar ke tetangga lain. Bahkan ke tetangga desa. Ke desa lain beda kecamatan kemudian merambah lingkup kabupaten hingga provinsi.  Keuntungan yang aku peroleh sangat maksimal sesuai dengan kehendakku. Aku memanfaatkan kesulitan dan kesusahan orang lain dalam hal finansial. Di tengah kesusahan mereka, aku akan datang sebagai pahlawan memberikan pinjaman untuk membantu finansial mereka dengan jaminan sertifikat tanah atau BPKB kendaraan atau apa saja yang penting barang bergerak. Kalau tidak ada jaminan aku akan memberikan pinjaman dengan bunga yang bermekaran hingga melangit.
Sudah banyak tanah dan rumah serta kendaraan yang aku sita. Aku jadi orang sukses dan bergelimpangan harta.

****
Langit biru terkanvas semburat awan salju. Aku memandangnya dengan hati kelu. Sesekali ku sesap kopi pahit dari cangkir beling warna gading. Tak lupa menghisap sigaret favoritku sebagai lauk kopi ini. Hatiku tercenung.

Aku sudah menjadi seorang pemburu, pemburu sukses di belantika perekonomian negara. Menjadi penghisap darah warga. Hidupku berubah. Aku yang awalnya seorang buruh kasar, sekarang aku menjadi bos besar pemilik sebuah lembaga keuangan pribadi dan mandiri. Namun, aku tidak mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Keluargaku sekarang berubah. Anak-anakku yang dulu penurut ,sekarang tidak menurut lagi. Mereka tidak bisa dinasehati. Jika dikasari mereka melawan. Dilembut mereka ngelunjak. Menghadapi mereka membuatku kelimpungan. selayak membakar mereka dengan api namun tidak terbakar, dicelupkan ke air tidak basah. Istriku juga begitu, menjadi sosialita dan jarang di rumah. Dulu dia penurut sekarang pembangkang.

Aku telah menjadi seorang suami dan ayah "sukses yang gagal".  Ah, mengapa hal ini terjadi padaku? Apakah karena konsep riba itu? Hidup keluargaku menjadi tidak berkah. Uang haram sudah mendarah daging di tubuh anak-anak dan istriku sehingga merubah watak mereka. Haruskah aku berhenti? Jika berhenti ekonomiku akan terjun bebas. Apabila aku teruskan anak istri seperti itu. Bagai makan buah simalakama. Setelah habis menghisap sigaret hingga tinggal puntungnya, menyeruput kopi tinggal ampasnya. Saat bergerak ingin berdiri tubuhku tiba-tiba terhuyung dan ambruk. Aku terkena stroke.


Cerpen

KASIH NAINA UNTUK MAMA
Oleh : Nur Faizah 

Tepat pukul 09.30 WIB, bel istirahat berdenting. Anak-anak saling berlomba menuju kantin untuk memanjakan lidah dan mengisi perut yang berdemo minta diisi. Setelah retina bergerak menyisir bangku yang mulai bersih dari siswa, ku ayunkan kaki menuju ruang guru. Dengan suara hak sepatu lima centimeter,  langkah ringanku menyusuri lorong kelas, yang mayoritas sepi dari gelak tawa para siswa. Kakipun tak lepas melewati kelas VI B, tanpa sengaja netra membidik seorang dara sedang terpekur sendiri di kelas yang sepi.

"Naina?" tebakku lembut.
Dengan tergeragap, gadis berseragam putih merah itu mengangkat kepalanya.
"Bu Ratih," sapa Naina sambil jemarinya mengusap wajahnya yang basah.
"Kamu, menangis sayang?" tanyaku dengan lembut. Sambil membungkukkan punggung mendekat ke wajah dara yang ayu itu.
Naina terdiam, mengunci rapat lisannya, dan akupun mafhum. Naina, dara kecil usia Sekolah Dasar, berwajah cantik, bermata kucing. Hidup di sebuah rusun  berdua dengan Mamanya. Naina, tidak pernah melihat dan mendengar sosok laki-laki yang bisa dia panggil, Ayah.

Masih membekas sayatan karat di pipi mulusnya. Sayatan itu, dia dapatkan dari mamanya tercinta. Saat jam sekolah, mamanya memanggil Naina. Agar,   membelikan sebungkus sigaret untuknya. Namun, karena Naina masih berkutat dengan soal-soal ulangan. Dia, tidak kunjung memenuhi permintaan mamanya. Sepulang dari sekolah, ketika pintu rumah di buka sebuah asbak merah hati yang sowak berkarat terbang mengenai pipinya.

Naina, gadis tertutup. Apalagi setelah kejadian terbangnya asbak ke wajahnya.  Saat itu, aku membujuknya untuk berkisah asal muasal luka sayatan dipipinya, mendengar  kisahnya hatiku digerogoti rasa geram. Sebagai ibu yang melahirkan Naina dari panggilan jiwa, menetra sayatan karat di pipi mulusnya mengeluarkan nanah segar, mengoyak hatiku.  Seketika itu aku bangkit menggapai gawai di meja, dan menelpon kantor polisi untuk melaporkan kekerasan yang menimpa Naina. Karena, tidak sekali ini saja mamanya melakukan kekerasan fisik dan psikis.
"Jangan laporkan mama, Bu! Saya mohon! Mama, tidak bersalah. Saya yang salah, apabila mamaku dipenjara, saya dengan siapa? Saya mohon, jangan! pinta Naina. Dengan bulir air bening menetes di wajah, memohon. 
('Halo ini dengan kantor polisi sektor Surabaya Timur, ada yang bisa kami bantu?") suara sambutan dari gawaiku. Menetra Naina memohon dengan mata mengemis. Rasa tak tega, mendominasi jiwaku.
("Maaf, Bapak. Saya salah sambung,") jawabku.

Mungkin kejadian yang lewat tidak ingin berulang, membuat Naina kali ini membisu. Aku sendiri mencoba untuk tidak  mengeluarkan kata tanya lebih banyak lagi
Dengan berhati-hati, ku alihkan arah pembicaraan.
"Naina, jangan lupa! Besok kita melihat-lihat pondok yang akan Naina tempati, ya?" Kataku lembut. Dengan jemari membelai rambut lurusnya.
"Iya, Bu. Tapi, saya tidak mempunyai busana muslimah," ucap Naina dengan mata sendu.
"Jangan khawatir, Naina. Nanti sore ibu akan ke rumah, mengantarkan busana muslimah untukmu," jawabku lembut.
"Terimakasih, bu Ratna," ucap Naina dengan senyum merekah. Senyum yang jarang ditemukan di wajah cantiknya.

***
Sebelum senja menyapa, sesuai janjiku kepada Naina. Langkah kakiku mengayun menaiki tangga menuju lantai satu, di sebuah rusun tempat Naina tinggal. Sesampai di lorong ruang-ruang bersekat. Retinaku menemukan Naina, duduk di kursi plastik depan rumah kecilnya. Di atas kertas putih dia menggerakkan pensil hijaunya.
"Assalamu'alaikum, Naina," ucapku ramah dengan senyum simpul.
"Wa'alaikumsalam, bu Ratna!" Serunya senang.
"Lagi menulis apa, Naina?," tanyaku lembut.
"Tidak apa-apa, bu," jawab Naina. Dengan menyembunyikan kertas itu dibalik punggungnya.

"Naina! teriak mama memanggilnya.
Dengan tergopoh-gopoh, Naina masuk ke dalam.
" Daritadi dipanggil tidak datang-datang, kupingmu tuli, hah?  Kamu bicara dengan siapa,?"tanya mamanya melotot.
"Bu Ratna, Ma. Beliau ingin bertemu mama, juga," jawab Naina
"Bilang saja, mama sibuk," jawab mamanya.
Langkah kaki Naina pun bergerak menuju pintu. "Eh tunggu!"
Retina mamanya bergerak menelusuri tubuh putrinya. Kemudian, bangkit dan semakin mendekat.
"Apa itu yang kamu bawa?"tanya mamanya penuh selidik.
"Busana muslimah, ma. Pemberian Bu Ratna. Besok aku akan melihat-lihat pesantren," jawab Naina.
"Apa? Pesantren? tanya mamanya kaget.
"Iya, Ma. Aku dapat beasiswa sekolah di SLTP. Semua gratis, Ma. Untuk tempat tinggal dan makan. Naina, di pesantren akan ikut ndalem," cerita Naina gembira
"Sekolah? Mondok? Memang kau siapa, Naina? Kamu, tidak layak untuk itu semua. Kamu, hanyalah anak yang dilahirkan dari segala benih kemungkaran dan kekejian. Jadi, jangan mimpi untuk merasakan semua itu!" Kemarikan itu! Sini apa-apaan ini!” Busana muslimah dan kertas putih itu diambil paksa oleh mama Naina.
"Ma, mau dibawa kemana baju itu? melihat mamanya mengambil langkah cepat mendekati jendela.
"Jangan dibuang, Ma!" teriak Naina, dengan bulir bening yang melereng.
Kendang Teling Mamanya tak bergeming, dan barang Naina yang telah dirampasnya dilempar keluar.
"Tidak...! Naina menjerit histeris sambil berlari keluar menuruni anak tangga, berusaha menyelamatkan barang-barang itu.
Saat tengah berlari dari arah depan melaju dengan kencang  sebuah Van putih bernopol M. 1245 L menabrak tubuh kecil Naina.

"Braakkk... ! Naina, ketabrak... ,"teriak warga. Aku dan mama Naina terkesiap.
” Jangan, Jangan....” Ucap batinku dan mamanya menerka.
Aku dan mamanya melesat cepat menuruni tangga. Kerumunan orang-orang memenuhi TKP.
Ku singkap tubuh orang-orang yang menghalangi jalan dan pandangan.
"Naina!" teriak histeris dari pita suaraku dan mamanya.
Darah mengalir deras dari kepala gadis itu. Tubuhnya mengejang-ngejang.
Direngkuhlah tubuh Naina dalam pangkuan mamanya.
"Naina, jangan begini! Berhenti pura-pura!" Kata mamanya sambil menahan tangis.
"Apakah Mama sayang, Naina?" tanya Naina dengan tubuh mengejang
"Mama, sayang Naina. Naina satu-satunya," jawab mamanya dengan bulir bening mengalir.
Naina tersenyum, kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dengan damai.
"Tidak..! Naina! Jangan tinggalkan Mama!" tangis histeris dari bibir mamanya.

**
Usia pemakaman Naina, selembar kertas putih yang  ditemukan di antara busana muslimah, ku sodorkan pada mamanya.
Netranya menyisir tulisan terakhir putrinya.
"Ma, maafkan Naina. Adanya Naina membuat hidup mama seperti neraka. Naina, ingin melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Naina, ingin menjadi jaksa hebat. Kemudian, mencari mereka para pria, yang telah menodai mama. Sehingga, melahirkan putri seperti saya. Mereka, akan Naina jebloskan ke penjara hingga membusuk. Agar, luka sayatan karat di hati Mama, tidak semakin berkarat. 








Cerpen


BAWA AKU
Oleh : Nur Faizah / Ziza El Faizah

Tak bisakah berjeda sejenak, mencoba menyadari rasa yang tak terbaca oleh mata. Dengan membuang segala ke egoan diri. Ke egoan yang menyakiti hati orang yang dicintai.

Di atas birunya langit, mentari mulai menyemburatkan cahayanya di celah-celah awan.
Di dalam kamar ukuran 3x3 meter, bertembok dinding yang mulai rapuh, cat biru yang mulai memudar. Salah seorang perias pengantin tengah memasangkan ronce kuncup melati  yang menjuntai dari kepala, melewati dada, sampai pinggang pengantin wanita.
"Cantik!" pujinya setelah melihat hasil riasannya.
"Memang pengantinnya cantik. Tanpa riasan pun cantik," sela budhe Fatonah.
"Mana senyumnya? Senyum dong, sayang. Biar semakin cantik" ucap budhe lagi.
Pelan-pelan pengantin wanita itu menarik bibir kanan dan kirinya. Terlukislah sebuah senyuman. Namun, di balik senyum itu ada cahaya mata yang tak berdaya, ada sorot mata yang ingin berontak,  ada mata yang ingin berbicara Namun bibir tak mau berkata.
Satu persatu mereka keluar dari kamar rias pengantin. Meninggalkan sang pengantin duduk termangu di depan cermin.

Dia mematut wajahnya di kaca. Jari lentiknya mengusap pipinya yang ranum.
_Gara-gara wajah yang rupawan ini. Aku menderita dan sebentar lagi masuk ke dalam neraka_
Netranya menyusuri kamar yang dipenuhi kembang-kembang.  Tak sengaja matanya menangkap sebilah cutter di atas kasur. Tanpa sadar dia bergerak mengambil cutter itu. Dengan tangan gemetar dia kembali ke depan cermin. Kemudian pelan-pelan mengarahkan cutter itu di wajahnya yang mulus.
Triing ....
Triing ....
Triing ....
Kotak pintarnya berbunyi, dia terhenyak namun tak bergeming dari tempat duduknya. Dia sudah bisa menebak siapa yang tengah melakukan panggilan itu. Si psikopat yang tak lain adalah calon suaminya.

"Fin, Anas menelpon. Katanya 'sejak tadi menelpon ke nomormu tidak diangkat-angkat," ibu tiba-tiba sudah berdiri di pintu kemudian mendekat menyerahkan gawainya. Fina menempelkan benda itu di telinga kanannya
{Halo sayang}
{Mengapa panggilanku tidak dijawab?}
{Jangan coba-coba melakukan sesuatu yang membuatku marah. Apalagi merusak wajah cantikmu itu! Kamu sudah tahu akan konsekuensinya kan sayang?}
{I-iya jangan khawatir}
{Oke, sayang. Sebentar lagi aku akan berangkat bersama iring-iringan pengantin. Setelah ini kamu akan menjadi milikku sepenuhnya} tawanya menyeringai. _Dari mana dia tahu apa yang mau aku lakukan tadi? Apakah di sini ada CCTV nya?_ bulu Fina bergidik.

Dia menarik napas panjang lalu embusan napas keluar dari rongga hidungnya.
"Ini, Buk," dia menyodorkan gawai ibunya.
"Dia bilang apa?" tanya ibu menelisik
"Dia baru mau berangkat," jawabnya singkat.
Kemudian ibu bergerak pergi meninggalkan kamar. Dia kembali ke depan cermin. Lalu Memori di dalam kepalanya mengajak jiwanya mengingat sebuah pertemuan juga sebuah ikatan yang membuatnya seperti sekarang ini.

Namanya Fina. Dia gadis manis dan cantik. Dia kenal dengan Anas saat mereka masih kuliah. Mereka satu angkatan dan juga satu jurusan. Mereka mulai dekat saat satu kelompok untuk mengerjakan tugas dari dosen.
Menurut Fina, Anas pemuda yang ramah, tutur katanya lembut juga perhatian. Selain itu dia pemuda yang cerdas. Wajahnya tidak tampan, tubuhnya kecil berkulit coklat. Jika mereka jalan bareng dia se pundaknya Fina. Dia selalu membantu Fina mengerjakan tugas-tugas individu. Sabar dan telaten saat menjelaskan materi yang belum Fina pahami. Lama-lama mereka saling jatuh hati. Fina merasa, Anas laki-laki yang layak untuk dijadikan suami. Jadi dia menerimanya saat Anas menembaknya. Fina tidak malu memiliki pacar yang jelek, dekil dan krucil.
"Fin, matamu belekan ya?" sindir Risma sahabatnya saat dia tahu Fina pacaran dengan Anas.
"Apa sih, Ris?" Dia memicingkan mata.
"Kayak tidak ada cowok cakep saja. Mengapa kamu memilih Anas? Kucel gitu. Kalau kalian jalan bareng bagai langit dan bumi, tahu! Apa kamu tidak malu?" celotehnya
"Mengapa mesti malu? Aku sayang sama dia. Aku tidak memandang fisiknya tapi hatinya. Baiik banget. Lembut lagi," tangannya saling meremas gemas sambil mengingat kebaikan hati Anas.
"Terserah kamu, Fin. Benar ya kata pepatah "cinta itu buta". Ya buktinya kamu itu," dia terkekeh.

Tiga bulan mereka berpacaran tanpa ada masalah,  bulan ke empat Anas mulai bersikap posesif terhadap Fina. Wajah Fina  tidak boleh sampai dilihat cowok lain. Setiap berjalan di tempat umum, Fina  harus menutup wajah, kecuali mata. Dia tidak suka jika ada cowok lain menatap ceweknya dengan kagum. Apalagi dengan diiringi  rasa tertarik. Apabila permintaanya tidak dituruti dia akan marah-marah. Meneriaki Fina dengan sumpah serapah juga cacian. Kemudian dia menuduh seolah-olah Fina tidak bisa menerima dia apa adanya. Fina tidak boleh tersenyum pada cowok lain. Pernah dia melihat Fina berbincang dan tertawa dengan seorang cowok padahal temannya juga dia menampar pipi Fina hingga kemerahan.

Lama kelamaan Fina merasa tertekan. Fina sudah merencanakan untuk memutuskannya. Tapi sesuatu terjadi pada keluarganya. Ayah Fina memiliki hutang pada rentenir yang bunganya selangit.  Sementara orang tuanya tidak memiliki apapun. Uang hasil keringat Ayah hanya cukup membayar bunganya.
Masa tenggang untuk pelunasan hutang sudah habis mereka mengobrak-abrik rumah Fina.  Mengancam akan memenjarakan ayahnya. Pada saat kejadian itu ada Anas, dia siap melunasi hutang-hutang ayahnya. Berawal dari itu Fina baru tahu kalau dia anak orang kaya.

Karena dia melunasi hutang-hutang orang tuanya. Rencana untuk memutuskan Anas, tertunda. Anas semakin posesif dan ringan tangan, serta selalu menekannya. Saat Fina hendak menolak lamarannya, dia mengancam akan memenjarakan ayahnya. Akhirnya Fina terpaksa menerima lamarannya dan saat ini adalah hari pernikahan mereka.

 Kristal bening mengalir dari pelupuk matanya. _aku harus bagaimana untuk keluar dari pintu gerbang neraka ini?_ dia menangis pedih.
"Fin, iringan pengantin sudah datang. Ayo, segera bersiap," budhe Fathonah menjemput Fina di dalam kamar.
"Mengapa matamu sembab sayang?" budhe heran
"Tidak apa-apa, Budhe," aku mengusap mataku.

Kaki Fina mengayun pelan menuju pelaminan. Di sana sudah menanti calon suami, ayah, calon mertua pencatat nikah juga naib. Dia merasakan dadanya terhimpit sesuatu, sakit. Semua mata memandangnya dengan penuh kegembiraan juga takjub melihat kecantikannya. Anas tersenyum sumringah menatap calon istrinya yang cantik jelita. "Senyum, sayang," budhe menggandeng Fina. Di hadapan semua orang Fina mengulas senyum tanpa tahu di balik senyum itu ada duka yang menganga. Tak sengaja mata Fina menemukan sosok yang dikenalnya. Sahabat lamanya, Sohib. Matanya menetra mata Sohib dengan berkaca. Hati Sohib berdesir saat menatap mata itu di balik sekulum senyum yang mengembang di bibirnya. _tolong aku sahabatku, bawa aku lari dari tebing keputus asaan ini_ batin Fina masih mengaca menatap pemuda yang berada lurus di depan matanya.

Seperti bisa membaca mata Fina, dia pelan-pelan bergerak, mendekat. Tanpa orang-orang tahu  _apa kamu mau melarikan diri?_ bisik Sohib. _iya, Tapi jika aku melarikan diri ayahku akan dipenjara, hutang ayah kepada calon suamiku sangat besar_ Fina berbisik. _Berapa?_ sohib. _150 juta_
 Tidak usah khawatir nanti aku yang akan membayar hutang ayahmu. "Ayo, ikut aku. Kamu berani? Siapkah Fina?" Sohib menggapai tangan Fina kemudian menggandengnya dan membawanya lari dari pernikahannya.