Sabtu, 27 Juni 2020

Ghibah, dampak dan cara menghindarinya

Fenomena semarak meng-ghibah tidak hanya terjadi di perkumpulan emak-emak berdaster, atau emak-emak pemakai barang branded. Namun, fenomena tersebut sudah lama merambat ke perkumpulan anak-anak muda. Terutama usia pelajar SLTP maupun SLTA. Miris bukan?

Padahal dalam Islam meng-ghibah itu haram hukumnya. Dosa besar. Agama dan kepercayaan apapun, saya yakin juga melarang. Karena, perkara tersebut bisa merugikan orang lain. Setiap agama pasti bertujuan untuk kedamaian dan kebaikan. Sementara  perbuatan ghibah  bukan membawa kebaikan justeru membawa keburukan.

Apa sih ghibah itu?
Ghibah adalah menyebutkan atau membicarakan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan dan dibicarakan). Baik dalam persoalan fisik/  jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, segala kejelekan, keburukan dan lainnya.  Padanan kata ghibah adalah menggunjing, menggosip.
Bedanya Ghibah dengan dusta yaitu kalau ghibah yang diperbincangkan memang benar adanya.

Dalam Islam juga menjelaskan secara rinci tentang perbuatan ghibah sebagaimana hadits Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.” (H. R. Muslim)

Di dalam Al Qur'an juga banyak ayat-ayat  yang terkait ghibah/ menggunjing. Seperti ayat berikut ini yang artinya
"Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujurat : 12).

Sangat jelas sekali bahwa ghibah merupakan perbuatan yang tercela, perumpamaan orang ghibah seperti orang yang memakan bangkai / jenazah saudara sendiri (orang yang dighibahi). Bukankah sangat menjijikkan bila kita makan bangkai yang busuk dan bau. Apalagi bangkai manusia dalam hal ini saudara sesama muslim yang sudah kita pergunjingkan, siapa yang doyan?  bahkan Rasullullah menjelaskan secara gamblang apa itu ghibah. Karena apa? Karena Rasulullah khawatir umatya tiada sadar terjerumus ke dalam perbuatan ghibah. Kalau sudah terjerumus artinya dia terjerumus juga ke dalam kubangan dosa.

Sering seseorang tidak menyadari apa yang tengah diperbincangkan di saat tengah berkumpul bersama kawan , sahabat, rekan, tetangga maupun dengan saudara.
Tahukan karakter lidah/ lisan itu? Lentur tidak bertulang, mudah mengeluarkan kata-kata tanpa dipikir panjang. Jika sudah berbicara sulit untuk berhenti. Berganti-ganti tema pembicaraan dan biasanya tanpa disadari lama-kelamaan tema-nya berganti ngomongin orang,  ngegosip/ ghibah. Sepertinya hal itu sepele, ringan namun, berat tanggungjawabnya kelak.

Adapun bentuk atau cara mengghibahpun bermacam-macam. Diantaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-olok. Sindir menyindir antara peserta ghibah yang tujuannya diperuntukkan untuk seseorang yang sedang dighibahin.

Kalau zaman dahulu sekitar tahun 1980 an ke bawah, anak-anak usia SLTP tidak mengenal ghibah. Paling cuma tengkar rebutan mainan atau rebutan kawan bermain. Setelah itu berbaikan lagi.

Lain dengan era sekarang anak usia SLTP sudah pada pinter menghibah malah dijadikan hoby. Ironisnya lagi ghibah mereka sering kali mengarah ke fitnah.
Sayang banget jika masih muda sudah terjangkit penyakit hati dan penyakit masyarakat. Seharusnya saat menjadi pelajar melakukan sesuatu yang berguna. Bukan melakukan pekerjaan yang sia-sia, bahkan mengandung unsur dosa.

Seharusnya mereka fokus belajar dan memperbanyak kawan. Bukan mencari lawan atau musuh. Jika hobynya meng-ghibah bukan malah menambah teman tapi menambah musuh. Sepatutnya mereka fokus memikirkan masa depan bukan bergelut dengan urusan orang.

Semua pasti paham dampak yang disebabkan oleh ghibah. Selain dapat menimbulkan permusuhan juga berdampak antara lain; 
1. Merusak agama
2. Merusak masyarakat
3. Merusak orang lain.
4. Merusak diri sendiri karena Ghibah merupakan perbuatan yang tergolong dalam dosa besar, sebagaimana Imam Al-Qurthubi ungkapkan dalam kitab Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, bahwasanya ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar lainnya. Orang yang ghibah akan mendapat kemurkaan dari Allah SWT.
5. Memicu perpecahan dan pertikaian
6. Bisa terjadi fitnah

Dari dampaknya saja kita sudah tahu akan bahaya ghibah. Akankah sebagai orang tua, orang dewasa apalagi yang berilmu akan membiarkan fenomena ghibah di kalangan anak usia pelajar  semakin semarak? Bukankah itu artinya kita membiarkan mereka berkubang dalam dosa? Dan tanpa sadar kita pun ikut berdosa.

Mengapa ghibah di kalangan pelajar semakin semarak? Pasti ada faktornya. Diantaranya;
1. Faktor pergaulan / pertemanan. Perilaku menghibah tidak mungkin dilakukan sendiri pasti ada lawan bicara. Nah, carilah teman yang cuek dengan urusan orang lain. Kalau bisa cari teman yang hoby baca buku bukan hoby menghibah. Jika menemukan teman hoby menghibah jangan didekati saat dia sedang menghibah jauhi dan pura-puralah tidak mendengar. Nanti, dia akan berhenti menghibah apabila tidak ada yang mendengar dan merespon pembicaraanya.

2. Faktor lingkungan
Terlalu sering kumpul bareng emak-emak yang suka menggunjing. Adakan? Anak-anak muda ikutan kumpul dengan emak-emak terus menikmati perbincangan para emak-emak itu. Ketularan deh.

3. Tidak mempunyai kegiatan yang manfaat.
Karena kebanyakan nganggur tanpa kegiatan. Sehingga si anak  kluyar kluyur dengan teman. Nongkrong di rumah teman sama gengnya sambil bincang ke sana ke mari lama-lama nyinggung salah satu nama temannya akhirnya terjadilah gosip. 

4. Pengaruh televisi dan medsos.
Sudah bukan rahasia lagi bahkan terang-terangan ada salah satu program televisi yang laris banget. Di semua Chanel televisi program tersebut pasti ada. Yup, betul "acara ngegosip".

Dengan beragam nama acara tapi intinya sama yaitu gosip/ menggunjing.
Mungkin Anak-anak sejak kecil sudah biasa diajak nonton TV oleh ibunya, mamanya, emboknya saat acara gosip. Biasalah emak-emak hoby banget lihat gosip. Apalagi anaknya tidak diberikan informasi bahwa gosip itu tidak boleh. Akhirnya anaknya terbiasa dong ya ngegosip karena sajian yang selalu dilihatnya adalah ngegosip.

Untuk itu para orang tua, guru dan masyarakat mulai sekarang mari kita berpartisipasi demi tegaknya moral generasi bangsa. Apabila, menemukan para kawula muda menggunjing,  beri mereka pengertian terkait haramnya menghibah. Kemudian, mari kita mulai dari diri kita sendiri untuk menjauhi perbuatan ghibah. sehingga, apa yang kita katakan kepada mereka diikuti, dipercayai. karena, kita telah memberikan contoh nyata dalam kehidupan. Yaitu mengindari ghibah.

Selanjutnya untuk yang muda, yang tua, inilah cara menghindari ghibah ala Rasulullah yakni dengan cara ;
1. Menjaga lisan dan hati.
Dengan lisan seseorang bisa selamat, dengan lisan pula seseorang bisa celaka. Apabila hati itu bersih baik maka seluruhnya pun akan baik pula.
2. Berbaik sangka dan selalu berpikir positif terhadap Allah, rasulNya dan sesama manusia
3. Jangan sekali-kali mencari kesalahan orang lain. Karena , setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan n juga punya kelebihan serta kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna termasuk dikau.
4. Jauhi sifat iri dan dengki
5. Jangan mudah menuduh dan mencaci.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar