Selasa, 30 Juni 2020

Melawan tentara setan melalui pengendalian sifat ghadab



Persamaan manusia dengan jin dan syetan adalah sama-sama memiliki nafsu. Kecuali, malaikat makhluk Allah yang senantiasa patuh, tunduk dan ta'at yang tidak mempunyai nafsu.

Dalam Al Qur'an surat At Tiin menjelaskan bahwa, Manusia bisa menjadi seburuk-buruk makhluk, dalam hal ini melebihi binatang dan menjadi kawan syetan di neraka kelak apabila dalam hidupnya hanya menuruti nafsunya.

Maka, dari itu manusia harus bisa mengontrol atau memanage nafsunya  sendiri. Nafsu makan, minum, tidur, syahwat,amarah dan nafsu yang lain. Pergunakan  semua nafsu seperlunya tidak berlebihan dan menggunakannya dalam waktu dan takaran yang tepat. Karena, apabila manusia hanya memperturutkan nafsu. Maka setan akan mengendarai nafsu itu untuk menggoda dan menggelincirkan manusia ke jalan kesesatan.

Salah satu nafsu yang harus kita kontrol dan kendalikan dengan benar adalah ghadhab.  Ghadhab artinya sifat alamiah manusia yang cenderung mudah marah atau emosi.

Ghadab atau emosi atau marah adalah salah satu pintu-pintu besar bagi setan untuk masuk ke jiwa manusia. Ghadab bisa menjadi penyebab melemahnya akal. Di mana apabila tentara akal melemah, tentara setan pun akan menyerbu.

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa As. Pernah berjumpa dengan iblis, yang berkata kepadanya, "Hai Musa, engkau adalah orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi utusanNya dan diajak berbincang-bincang denganNya. Sedangkan aku adalah salah satu di antara makhluk Allah juga.

Dan aku telah berdosa dan kini ingin bertaubat. Maka, bersyafaatlah untukku di hadapan Tuhanku, agar Dia menerima taubat ku."
"Baiklah," jawab Musa. Lalu ketika ia naik ke atas gunung dan berbicara kepada Tuhannya., Ia bersiap-siap untuk turun. Namun, Allah SWT. Berkata kepadanya, "Tunaikan amanah ( pesan yang dipercayakan kepadanya)."
Musa lalu berkata "Wahai Tuhanku, hambaMu : Iblis, ingin memperoleh ampunanMu."
Maka, Allah SWT berfirman," wahai Musa, akan KU-penuhi keperluanmu. Perintahkan kepada Iblis agar, bersujud kepada Kuburan Adam As supaya diberikan ampunan kepadanya."

Kemudian Musa menemui Iblis dan berkata kepadanya ,"Telah kulaksanakan keperluanmu, dan engkau diperintah untuk bersujud kepada Kuburan Adam As, supaya diterima taubatmu."
Mendengar hal itu, Iblis marah dan kembali bersikap sombong, lalu berkata ,"Hah, aku tak pernah mau bersujud kepadanya di kala ia masih hidup, betapa mungkin aku kini bersujud kepadanya ketika ia sudah mati?!"

Lalu iblis berkata lagi, "Wahai Musa, engkau memiliki hak atas diriku disebabkan engkau telah bersyafaat untukku terhadap Tuhanmu. Maka ingatlah aku pada tiga keadaan, dan aku berjanji tidak akan pernah mencelakakan mu.
Ingatlah aku! ketika engkau sedang marah, sebab pada saat itu ruhku ada dalam hatimu, mataku dalam matamu, dan aku mengalir dalam dirimu sebagaimana mengalirnya darah dalam tubuhmu. Ingatlah aku! Sebab apabila seorang manusia sedang marah, aku akan menghembus dalam hidungnya, sehingga ia tidak tahu lagi apa yang akan dilakukannya. 

Pada kisah yang lain bahwa seorang waliyullah berkata kepada Iblis, "Tunjukkanlah kepadaku , bagaimana engkau mengalahkan anak cucu Adam!"
Maka Iblis berkata," Aku mendatanginya di saat ia sedang marah atau timbul kecenderungan hawa nafsunya.

Dikisahkan pula bahwa Iblis menemui seorang Rahib, lalu Rahib itu bertanya kepadanya, "watak manusia apakah yang lebih memudahkan kamu?"
"Wataknya yang pemarah, sebab apabila seseorang mempunyai sifat lekas marah, dengan mudah aku mempermainkannya, seperti anak-anak kecil mempermainkan bola," jawab iblis.
Iblis juga berkata ," tapi aku bisa mengalahkan manusia juga bisa dikalahkan manusia, yaitu apabila seseorang dalam keadaan Ridha , aku datang dan berada di hatinya, dan apabila ia marah, aku terbang dan hinggap di atas kepalanya."

Dari penggalan kisah-kisah di atas terdapat isyarat bahwa betapa berbahayanya emosi. Emosi bisa membuat seseorang gelap mata. Banyak terjadi kasus pembunuhan dan kejahatan disebabkan karena emosi. Karena, Emosi yang tidak dikendalikan dan yang diperturutkan akan menimbulkan kebencian dan dendam kesumat.

Maka dari itulah islam mengajarkan untuk bisa mengendalikan sifat marah seperti dalam sebuah hadist di bawah ini;
"Ada seorang lelaki meminta kepada Nabi saw. Katanya, "Wasiatkan kepada saya, ya Rasul Allah!". Baginda Nabi saw. menjawab, "Jangan marah!" Orang itu mengulangi permintaannya, dan Nabi saw. mengulangi pesannya, "Jangan marah!" (H.R. Bukhari).

Lantas bagaimana cara mengendalikan amarah? Berikut caranya ;

1.  Mengetahui akibat buruk dari marah

2. memperbanyak istighfar dan memupuk sifat sabar

3.   perbanyak Mengevaluasi diri

4.   Lapang dada, luas pandangan, gunakan akal dan pikiran 

5.    Membaca ta’awudz (memohon perlindungan Allah dari godaan syaitan yang selalu membangkitkan amarah.

6.    Apabila marah segeralah memberi maaf sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya:.. Dan apabila mereka marah segera memberi maaf"
(Q.S.Asy-Syura: ayat 37)
7.    Hendaklah berpedoman pada wasiat Rasullullah yang diriwayatkan Bukhori di atas.

8    “Tidak ada minuman yang lebih besar pahalanya di sisi Allah daripada seteguk kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba, karena mengharapkan rida-Nya" (HR. Ibnu Majah). Intinya menelan atau menahan amarah.

9.   ingatlah pahala menahan marah  "Siapa yang menolak marahnya, Allah akan menolak siksa-Nya dari orang itu dan orang yang memelihara lidahnya, Allah akan memelihara auratnya” (HR. At-Thabrani).

10.    Ingatlah dengan mengendalikan amarah berarti menjadi orang yang kuat dan menang dalam peperangan. 

Sebagaimana hadits Rasulullah
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

11. Ketika timbul perasaan marah, hendaklah duduk sambil ingat Allah. Kalau duduk masih marah juga, hendaklah segera berwudu, karena dengan berwudu badan terasa segar. Kemarahan dipengaruhi setan dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan oleh air, maka setan dibasmikan oleh dinginnya air wudu.
Artinya:
“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya setan itu kejadiannya dari api, dan sesungguhnya api itu dapat padam dengan air. Jika diantara kamu marah, segeralah berwudul.” (H.R. Abu Dawud)

Referensi :
Al-Ghazali keajaiban-keajaiban hati. Penerjemah Muhammad Al Baqir. Mizan media utama. Bandung. 2004.

http://edukasiislam.over-blog.com/2016/09/pengertian-ghadab.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar