Rabu, 01 Juli 2020

Si ungu yang berharga




Menurutku ungu itu seru. Tapi entah sejak kapan status "janda" diidentikkan dengan warna ungu. bahkan mungkin juga analogi warna ungu yang di sandangkan ke seorang janda tidak masuk diakal, bisa jadi hanya sebuah lelucon yang tidak lucu. Sehingga saya pun tertarik untuk menulis terkait ungu ini.

Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan hidup wanita. Setiap wanita yang normal dan berakal sehat pasti menginginkan satu laki-laki dalam hidupnya. Menikah hanya sekali. Hingga dia tiada. Apabila terjadi perpisahan baik itu pisah karena kematian maupun perceraian itu artinya jodohnya hanya sebatas itu.

Bagaimanapun tidak ada yang salah dalam status janda. seorang janda jugalah manusia tidak suka dilecehkan atau dipandang sebelah mata. karena islam sendiri tidak pernah membeda-bedakan dan memandang rendah seorang janda bahkan islam sangat menghargai dan menjaga kehormatan serta melindungi mereka. hanya iman dan takwa serta akhlak yang membedakan kita semua di hadapan Allah SWT.

Akan tetapi, fenomena dalam masyarakat masih memandang status ungu sebelah mata. Mereka mengira seorang ungu butuh perhatian dan bantuan dari laki-laki yang bukan mahramnya. Sehingga, banyak wanita yang berstatus ungu merasa malu dan minder karena statusnya itu.

Apakah menjadi janda itu suatu hal yang memalukan dan patut dikasihani? Tergantung pada individu para wanita yang sedang menyandang status ungu tersebut.
Seorang ungu akan terlihat memalukan apabila tidak mampu menjaga harga dirinya. Apalagi, jika dia memanfaatkan statusnya itu untuk mendapatkan simpati dari orang sekelilingnya. Terutama, menjadi penggoda laki-laki yang bukan mahramnya.

Harapan saya setelah membaca tulisan ini dapat membuka mata kita dan tidak memandang rendah,atau sebelah mata pada seorang janda.

Di tulisan ini saya juga hanya ingin mendeskripsikan bahwa tidak selamanya dan tidak semua janda : wanita single parent itu harus merana, berurai air mata sepanjang sisa hidupnya, kesepian, butuh belaian, dan tidak bisa menjaga kehormatannya, maaf, terlebih lagi pandangan dan kemaluannya atau menjadi miskin papa. Idealnya tentu saja tidak seperti itu.

Tapi menjadi janda, ada baiknya jangan dibayangkan akan tetapi dipersiapkan, Toh kita tidak pernah tahu jalan kehidupan mana dan bagaimana yang akan kita lewati. Hal ini berlaku pada semua wanita baik yang sudah menikah maupun belum menikah. Apa yang harus dipersiapkan apabila jalan hidup kita tidak sesuai dengan keinginan? Yang tiba-tiba saja warna ungu menjadi busana kita?

Tentu saja kemandirian ekonomi menjadi satu poin utama yang harus dipersiapkan. Seorang wanita sebelum maupun  sesudah menikah perlu memiliki  kemandirian  dalam ekonomi. Agar apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai harapan wanita bisa tetap tangguh dan berdaya.

Ketika seseorang berganti status dari menikah menjadi janda, boleh jadi menjadi gamang. Apalagi jika selama berumahtangga wanita hanya fokus pada urusan rumah tangga mulai memasak, mencuci, bersih-bersih dan mengurus serta mendidik anak. Kebutuhan sandang , pangan dan lainnya tergantung pada laki-laki/ suami yang memang punya kewajiban memberi nafkah.

Akan tetapi, bila suami meninggal atau bercerai kemudian menikah lagi dan tidak peduli terhadap anaknya. Maka, mau tidak mau si ungu harus terus life must go on, demi dirinya sendiri dan anak-anak agar terus tetap eksis di dunia ini.  Yang semula semua nafkah tergantung pada suami. Setelah menjadi si ungu, dia harus turun langsung mencari nafkah untuk keberlangsungan hidupnya.

Untuk itulah pentingnya kemandirian ekonomi bagi wanita. Jangan sampai Alih-alih mandiri ekonomi, keluarga dan kewajiban sebagai ibu justru terabai. tentu kita tidak ingin seperginya suami, anak-anak akan menjadi korban. Sudah kehilangan sosok ayah yang mereka cintai juga harus merasakan pahitnya hilangnya peran ayah sebagai orang yang selama ini mencari nafkah dan memenuhi segala kebutuhan mereka dari segi materi. Tapi tolong digaris bawahi bahwa kemandirian ekonomi disini haruslah tetap mengedepankan profesionalisme dan proposional.

Apa sih kemandirian ekonomi itu? Adalah kemampuan bagi si ungu untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari.

Lantas bagaimana apabila si ungu ingin meraih kemandirian ekonomi namun dilain pihak dia tidak ingin menelantarkan anak-anaknya serta tidak ingin anak-anaknya kehilangan sosok seorang ibu yang seharusnya mengurus, merawat dan mendidik mereka? Selain pertimbangan tersebut biasanya seorang ungu juga rawan akan fitnah dan pelecehan, serta tidak lepas dari pemikiran yang negatif.

Untuk itu tutup mata, telinga, dan semua lubang yang ada serta senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selanjutnya, terkait kemandirian ekonomi sendiri si ungu tidak harus meraihnya dengan melangkah ke luar rumah. Si ungu bisa mencari nafkah di dalam rumah.

Seperti Pada zaman Rasulullah,  banyak sahabiyah yang sudah mandiri dalam ekonomi melalui perniagaan tanpa melanggar syari'at Islam. Artinya tanpa harus ke luar rumah.

Apalagi di era digital seperti sekarang ini, perempuan bisa memperoleh penghasilan tanpa harus terlalu sering melangkah ke luar rumah. Manfaatkan teknologi informasi untuk belajar dan bekerja. Banyak sekali pelatihan-pelatihan untuk menambah dan mengasah ketrampilan serta bakat seorang wanita yang diadakan secara online. Ada yang gratis ada yang berbayar.

Mulai pelatihan memasak aneka makanan dan cara menghidangkan,  Membuat aneka kue, pelatihan menjahit, menulis, pelatihan fotografi, desain dan lain-lain yang bisa diikuti, tanpa harus ke luar rumah. Bahkan dengan rebahanpun sambil menemani anak-anak tidur si ungu bisa mengikuti semua pelatihan tersebut dan mempraktikkannya.

Kemudian, hasil pelatihan-pelatihan tersebut bisa digunakan sebagai bekal untuk membuka usaha. Bisa jualan di depan rumah atau dijual secara online. Karena, di Era globalisasi ini semua orang ingin cepat dan instan. Semua kebutuhan manusia serba diperjual belikan secara online.

Jadi, bagi si ungu atau para jomblo dan para emak berdaster yang ingin mandiri dalam ekonomi tidak usah risau. Kita bisa produksi barang dan jasa sesuai bakat kita kemudian menjualnya ke para customer secara online.

Apabila tidak punya modal bisa bergabung menjadi reseller dan dropship barang dan jasa tanpa mengeluarkan biaya.
Insyaallah dengan niat dan tekad yang kuat tanpa putus asa, usaha kita akan sukses. Dan si ungu tidak perlu sering keluar meninggalkan anak-anaknya dengan alasan mencari nafkah di luar sana. Yang paling penting si ungu bisa tetap menjaga marwahnya dari pandangan laki-laki mata keranjang. Itulah si ungu yang berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar