Nyanyian desiran bayu, dan riak air berkejaran
menjadi santapan alam, dikala cakrawala tersenyum dengan raut
merah merona di ufuk barat, dia masih berdiri mematung di atas karang
memandangi hamparan air biru dengan tatapan kosong. sepotong senja sudah mulai
tersaji di bumi.. Senja
yang mengingatkannya pada sosok yang mungkin dirinduinya dan berharap bisa
bersua. namun, untuk kesekian kalinya entah yang keberapa dia menemui dan
merasakan kekecewaan kembali.
Sudah sewindu, kegiatan tersebut hampir
menjadi rutinitas sehari-hari. memorinya
menyeretnya kembali pada saat awal mula dia harus seperti sekarang ini. Delapan tahun yang lalu dia sedang ingin merefresh pikirannya setelah bergulat dengan tugas-tugas dari dosen, dia memilih
berjalan ditepi pantai karena baginya pantai adalah
tempat terindah dan birunya lautan mampu
membuat hatinya adem. sambil bermain dengan
riak air, secara tidak sengaja dia melihat sosok yang teronggok tanpa daya. dengan ragu-ragu dia mendekati sosok itu ternyata seorang pria. didekatinya
pria itu disentuhnya nadi dan pernafasannya. pria itu masih hidup. jiwa kemanusiaanya memanggil untuk menolongnya. karena
tubuh pria itu lebih besar
dari
tubuhnya di seretlah pria itu dengan susah payah hingga mereka sampai kesebuah gubuk.
dia berlari ke pemukiman warga dan minta tolong kepada salah seorang warga
disana. mereka akhirnya diberikan tempat untuk sementara hingga pria tersebut pulih kembali.
dia merawat pri itu dengan sabar dan akhirnya dia tahu pria tersebut bernama, Amir.
Selama setengah musim dia bolak balik antara Surabaya-Tuban
untuk merawat pria itu, hingga benar-benar pulih. pada
suatu ketika dia tidak bisa balik ke surabaya dan
terpaksa bermalam bersama
pria itu.. tapi nahasnya warga marah dan membawa mereka ke pengadilan warga, mereka diadili dengan tuduhan kumpul kebo. salah satu tokoh masyarakat
melerai dan mngambil sikap bijak dan meminta penjelasan dari mereka berdua, akhirnya tokoh
tersebut bersama warga menikahkan mereka
untuk
menghindari fitnah, dengan terpaksa mereka dinikahkan warga dengan wali hakim.
Mungkin
benar adanya pepatah jawa: witing tresno jalaran songko kulino, karena sering
bertemu akhirnya dia jatuh hati pada pria tersebut. mereka menjalani kehidupan
bersama sebagai suami istri tanpa
sepengetahuan orang tuanya.
Tiga
musim berlalu, Tatkala dia kembali dari
kampus, dia mendapati gubuk tempat suaminya berada dalam keadaan kosong. dia
berlari kesana kemari selayak Siti hajar berlari-lari mencari air untuk sang buah hati, namun dia
tidak seberuntung siti hajar yang menemukan zam-zam. dia hanya menemukan
kekosongan dan kekecewaan disudut matanya. dia kembali lagi kedalam gubuk yang
sudah melompong, dia pandangi setiap sudutnya dan wajah pria itu bersemburatan
keluar, dia merasa sedih. dia menemukan
seutas kertas putih, setelah dibuka tampak ada coretan dilembaran tersebut
" zizi, aku harus pergi, terimakasih atas semua. suatu hari jika takdir
mempertemukan kita, kita pasti akan bersua kembali. dan jika takdir itu datang
kembali aku harap tidak dalam keadaan disaat kau menemukanku tergeletak ditepi
pantai tanpa daya. maafkan aku. Amir." zizi memeluk surat itu dengan hati perih.
tanpa terasa air matanya menggelinding seperti kelereng. Memorinya buyar seketika saat melihat para nelayan
berdatangan untuk melaut.
Tanpa
terasa dia menemukan dirinya sudah
terlalu lama berdiri disana, dan menyadari hari yang mulai gelap. Seperti sebelumnya
diapun beranjak pergi dengan membawa
kekecewaan. ketika dia berpaling dan melangkahkan kakinya ada suara yang
menghentikan langkahnya.” zizi... apakah benar ini zizi," sapanya ragu.
diapun menoleh kearah suara itu. dengan perasaan kaget dan rasa tidak percaya
bibirnya bergetar mengeluarkan suara,” Mas amir?" tanyanya masih tidak
percaya. “iya, ini aku,"
jawab amir sambil mendekat. mereka berpandangan dengan mata yang berkaca-kaca kemudian membentuk aliran sungai dipipi. “maafkan aku zizi.. aku pergi tanpa memberitahukan
kamu,"ucap amir. “ kamu kemana, mengapa kamu pergi begitu saja tidak tahukah kamu betapa terpukulnya hatiku. aku
mencarimu kemana-mana seperti orang gila. Sewindu aku menantimu dan aku mencoba berusaha
melupakanmu tapi tidak bisa.
Senyummu selalu
menari-nari diwajahku. Selama sewindu aku berusaha untuk mengembalikan rindu
pada udara dan senja agar tiada lagi hujan dan kemarau dalam hatiku dan aku bisa
menemukan musim yang baru dalam hidupku. tapii tetap saja aku tak mampu
merasakan musim yang mencoba menyapaku hingga orgtuaku berduka karena aku,"
kata zizi penuh amarah. “iya..
aku memang bersalah
padamu. tapi aku melakukan itu karena terpksa. Saat kau ke surabaya aku mencoba menghubungi keluargaku setelah
kecelakaan yang menimpaku orang tuaku pasti khawatir dan mencariku, aku pikir
aku harus memberi kabar pada mereka bahwa aku tidak apa-apa, namun yang
menjawab telponku bukan ayah atau ibuku tapi pamaku dan mengabarkan orang tuaku
sudah meninggal, mereka mengalami kecelakaan ketika ikut mencari mayatku,"
jelas amir dg suara lirih dan pilu. “ja... jadi telah terjadi sesuatu dengan
orgtuamu,,? orgtuamu meninggal,? Apa kau tidak apa-apa? “tanya zizi dengan terbata-bata
campur kaget. Dan khawatir” iya zizi, aku terlambat datang, seandainya setelah aku pulih aku segera menemui mereka
atau minimal memberitahu mereka bahwa aku selamat, pasti tidak akan terjadi
apa-apa dengan mereka.," sesal amir.” tapi mugkin sudah takdir dari ALLAH aku
harus kehilangan mereka tanpa sempat minta maaf dan bertemu mereka,” ujarnya
lagi. “sabarlah mas.. janganlah menyalahkan diri sendiri setiap yang bernyawa
pasti akan mati. dan kita tidak tau kapan dan bagaimana serta dimana nyawa kita
diambil. yang terpenting bagi mereka saat ini adalah do'a anak sholeh yang
dinanti mereka. jika mas menyalahkan diri sendiri mereka pasti akan sedih dan
tidak tenang dalam kuburnya. buatlah mereka bersuka cita disana dengan tanpa
henti untuk mengirimi mereka makanan dan makanan yg dibutuhkan mereka adalah
do'amu,”jelas zizi meyakinkan amir. “apa yang kamu katakan benar dik,” jawab
amir. Dan setelah orangtuaku pergi aku harus menjalankan usaha orgtuaku yang
sedang di ujung tanduk kolap. aku harus mulai dari awal, aku sendiri sudah berazam untuk tidak
menemuimu sebelum aku berhasil. meskipun rinduku padamu menggerogoti jiwaku dan
menyiksaku. Aku tidak mau menjadi bebanmu lagi. zizi... bolehkah aku hadir kekehidupanmu
lagi dan menjadi bagian hidupmu,? aku ingin menjalin tali rumah biru
bersamamu," tanya amir dengan tatapan penuh harap. zizi dengan malu mengiyakan. mereka akhirnya bersepakat
segera menemui orangtua zizi untuk mendapat restu. mereka berjalan bersama
meninggalkan deru ombak yg bergulung dan
dengan diiringi senyuman rembulan mereka melanjutkan perjalanan.
BY. EL – FAIZ
Sip artikelnya mantap.. layak utk beredar dan di bukukan
BalasHapus